*********
Kebahagian dan kesedihan walau serapat apapun kita menutupinya pasti akan ketahuan juga. Itu pasti. Karena itu hukum alam.
Sivia menautkan alis tebalnya. Dahinya berkerut. Matanya memicing ke
arah seorang gadis yang dilihatnya hanya tersenyum-senyum saja sedari
tadi. Membuatnya ngeri sendiri. Perlahan,,,, tangan kanannya bergerak
mengelus belakang lehernya. Merinding.
" Heii,,,, kenapa deh??? Kamu nyeremin tahu gak, Shill." akhirnya
Sivia berucap. Setelah sempat terdiam sepuluh menit. Hanya memperhatikan
kelakuan Shilla.
Nihil. Tak ada respon sama sekali. Yang ditanya malah asyik mengumbar senyum manis yang justru membuat Sivia semakin ngeri.
" Shill,,,, jangan buat aku takut." Sivia mengguncang bahu gadis itu. Yang sontak membuatnya tersadar.
" ahh,,, ehh.... Vi. Ya ampun sakit tau..... Pakek perasaan kek."
" hah??? Ehh.... Kamu kenapa sih??? Nyeremin deh. Senyum-senyum gak jelas. Kesambet ya??"
Lagi, yang di beri pertanyaan menyunggingkan seulas senyum. Matanya
menerawang jauh ke mata Sivia. Membuat kedipan jahil disana. Bias-bias
bahagia itu jelas bisa ditangkap Sivia. Sivia memperbaiki letak
duduknya. Ia menghadapkan wajahnya menatap Shilla yang masih tersenyum
penuh arti.
" Shill,,, kamu kenapa sih??"
" entar deh. Kamu juga bakalan tahu."
*******
Suara itu menggema. Menyeruak diseluruh penjuru. Menciptakan senyum
lepas dan kebebasan. Ya.... Bel tanda istirahat akhirnya menggema juga.
Saat yang dinantikan. Dan tanpa menunggu, koridor sekolah itu sudah
dipenuhi dengan murid-murid yang menyibukkan dirinya. Yang rata-rata
melangkah ke arah kantin.
Tapi,,,, berbeda dengan Shilla yang hanya terdiam di depan kelasnya.
Tangannya ia lipat didepan dada. Matanya liar menerawang ke koridor
mencari sesosok manusia yang sedang ditungguinya.
Sivia menguntit. Gadis itu memperhatikan Shilla dari bangkunya. Ia
berpura-pura membaca komik yang baru dipinjamnya dari Acha -sepupunya.
Yang padahal itu hanya alibinya agar Shilla tak mencurigainya. Kalau ia
sedang mencari tahu sesuatu tentang apa yang terjadi pada sahabatnya
itu.
Matanya membulat. Mulut itu juga menganga lebar. Matanya juga tak
berkedip beberapa detik. Lalu,,,, tanpa sadar komik itu terhempas ke
meja. Sivia mengucek matanya. Masih takjub dengan apa yang ia lihat.
" what??? Alvin? Shilla?" sivia berucap tanpa suara.
Gadis itu segera beranjak dari duduknya. Lalu menghampiri dua
manusia yang membuatnya tak percaya. Membuatnya melihat kenyataan yang
sulit untuk dicerna akalnya. Mustahil bagi Sivia.
" heh???"
Mereka kaget. Ya,,,, dua manusia itu. Alvin dan Shilla. Suara cempreng sivia menusuk langsung ke indra pendengaran mereka.
" ehehehe....." tawa itu meluncur dari bibir Shilla.
" ahhh,,,, pantas aja. Aku tahu jawabannya Shilla. Ini yang membuatmu tersenyum sedari tadi. Ya kan???"
Shilla menundukkan kepalanya. Malu. Sedangkan satu manusia yang bersamanya - Alvin- hanya tersenyum simpul menatap Sivia.
" wah,,,, aku bakal dapet traktiran dong. Ya kan??? Asyik. Yuk yuk."
Sivia menarik tangan Alvin dan Shilla. Anak itu seenak dengkul saja
meminta Pajak Jadian mereka. Dan yang patut dipertanyakan, memang ada
aturan membayar pajak jadian??? Tidak ada bukan. Ahhh dasar Sivia. Kau
mencari kesempatan saja.
" heii,,,, ssss..... Heboh deh." sungut Shilla.
Alvin hanya terkikik. Ia masih menatap dua sahabat yang ada di hadapanya.
" ahh ayolah Shilla." rengek Sivia. " alvin.... Yayayaya,,,,,, mumpung aku lagi limit duit jajan."
Alvin tersenyum dan mengangguk. Yang langsung disambut sivia dengan cengiran kemenanga.
" alvin. Kau baik sekali."
********
Tangan itu saling bertautan. Tawa ceria tersungging indah diantara
keduanya. Alvin dan Shilla. Mereka sekarang tengah berjalan menuju area
parkir sekolah. Sesekali,,,, alvin dengan isengnya menoel hidung
pacarnya jahil. Yang dibalas Shilla dengan mendaratkan cubitan
dipinggang laki-laki itu.
" Alvin???"
" humm??"
" Sebenarnya siapa sih Priscilla itu??"
Tanya Shilla spontan membuat Alvin mengeram mobilnya yang melaju
dengan kecepatan sedang. Shilla mengernyit takut. Apa iya salah
bertanya??? Bukankah ia berhak bertanya seperti itu?? Ia berhak tahu kan
hubungan pacarnya denga wanita yang ia tanyakan tadi???
Sesaat Alvin terdiam. Tak bersegera menjawab pertanyaan gadis
disampingnya. Helaan napas panjang terhembus paksa dari hidung alvin.
" Alvin. Aku salah bertanya??" ucap Shilla ragu.
Alvin menghadapkan wajahnya menatap Shilla. Tangan kirinya menyentuh
pipi putih gadis itu. Sedang tangan kanannya masih asyik bertengger di
atas stir mobil.
" gak salah kok. Kamu berhak mengetahuinya."
Shilla tersenyum lega. Lalu tangan mungilnya mengambil tangan kekar Alvin yang masih menempel dipipinya.
" beritahu aku."
Hhaahhh,,,, Alvin menarik napasnya. Mengisi rongga dadanya. Dan setelahnya ia mulai menceritakan semuanya.
" Dia itu orang yang pernah mengisi hari-hariku. Orang yang melukis cinta dan menghias kisah cinta ku."
Shilla mengernyit. Matanya melebar saat Alvin mengatakan kalimat itu.
" Dia orang yang dulunya sangat ku cintai, Shill. Dia pacar juga
cinta pertamaku. Kamu tentu tahu foto yang ada di dashboard mobilku? Itu
foto saat kami anniv yang ke 2 tahun."
Shilla sempat ingin mengurai air mata atas penjelasan Alvin. Ia
sesak mendengar itu. Tapi inikan permintaannya. Jadi ia tak boleh
menangis. Ini hanyalah masa lalu Alvin. Iya kan??
" kau tahu Shill??? Disaat aku mencintainya perasaan yang sepenuhnya
ku berikan padanya. Dia malah pergi meninggalkanku. Tanpa pesan juga
tanpa alasan. Aku kecewa. Dan aku marah Shilla."
Shilla membuang pandangannya sejenak. Satu air mata mengaliri
pipinya. Namun dengan segera ia hapus. Agar alvin tak mengetahuinya.
" Dia pergi ke Paris. Gak ada yang tahu kepindahannya. Aku sulit
untuk menerima itu. Dan itu lah penyebab kenapa aku sulit menerima
wanita lain. Sampai akhirnya aku ketemu kamu."
Shilla mengangguk. Lalu tersenyum kecut.
" apa kamu masih mencintainya???" Shilla meluncurkan pertanyaan. Ia
berharap agar jawaban yang diberikan Alvin sesuai dengan keinginannya.
Alvin terdiam. Raut wajahnya langsung berubah. Memperlihatkan
ekspresi yang sulit terbaca. Bahkan Shilla sendiri tak tahu apakah Alvin
masih mencintai wanita itu???
Alvin menganggkat bahunya. Ia menggenggam erat tangan Shilla. Mencoba memberi rasa nyaman kepada gadis itu.
" dengarlah Shilla. Sekarang aku sudah memilikimu. Dan kamu sudah
tahu siapa wanita itu. Sekarang aku hanya memberi rasa ini untukmu saja.
Bukan orang lain."
Kata-kata itu cukup menghibur Shilla. Walau sebenarnya ia masih
sakit mengetahui pengakuan Alvin. Tapi sekarang Alvin itu miliknya. Jadi
siapapun itu tak berhak mengambil Alvin darinya. Apalagi Priscilla,
karena wanita itu hanyalah masa lalu Alvin saja.
" Iya, Alvin. Aku mengerti sekarang."
Dan,,,,,,
Cupp,,,, Alvin mendaratkan kecupan itu dikening Shilla. Mesra dan
indah. Shilla hanya bisa menutup matanya dan menikmati alunan melodi
yang mengalir di hati dan perasannya. Ahhh,,,, melodi itu membuatnya
terbuai. Akankah itu akan terus seperti ini???
" ketahuilah Shilla. Aku sekarang hanya untukmu."
Kenyataan itu memang sulit untuk diterima. Masa lalu itu memang akan
selalu jadi kisah tersendiri untuk seseorang. Juga untuk Shilla dan
Alvin. Bagaimana Shilla mengetahui kalau sebelumnya hati laki-laki yang
bersamanya sudah dimiliki orang lain. Dan bagaimana juga ia mengetahu
kalau ternyata laki-laki itu sekarang hanya mencintainya. Kisah kelam
yang sebenarnya juga pernah menjadi kisah masa lalunya. Suatu saat ia
berjanji akan memberi tahukannya pada Alvin. Tapi tidak untuk sekarang.
" terima kasih."
Alvin tersenyum. Lalu ia kembali melajukan mobilnya. Dengan
genggaman tangannya yang belum juga ia lepaskan dari Shilla. Ia ingin
benar-benar menunjukkan bahwa betapa sekarang ia dan Shilla. Bukan ia
dengan priscilla. Walau rasa itu masih tertinggal, Alvin sebisa mungkin
menguburnya. Ia tak ingin mengulang masa lalu karena itu justru akan
membuat masa depannya hancur tanpa bekas.
0 komentar:
Posting Komentar