Senin, 10 Juni 2013

always love

semua reash hati manusiamu
untuk membagi kisah atas nama cinta,,,,,

Aku kembali mendatangi makam orang yang paling aku sayangi. sepanjang hidupku. iya,,,, sepanjang hidupku. orang yang selalu akan hidup didalam hatiku, walaupun ia telah lebih dulu melangkahkan kakinya jauh dariku. jauh dan tak pernah bisa terkejar oleh ku.

aku menciumi nisannya. tanah yang sudah hampir rata ini, tak pernah sekalipun luput dari pandanganku. air mata ku selalu tertupah disini. dimakan orang terkasihku. ashilla.

" Sayang,,, kau pasti melihat aku disini kan? dan aku juga yakin kalau kamu sedang ada disampingku." seruku.

disetiap kesempatan aku datang ke tempat ini, aku tak pernah lupa untuk membawa bunga kesukaannya. bunga nawar merah. dan sekarang, aku sedang meletakkan bunga kesukaannya. dan tanpa kurang apapun, aku memilihkan bunga yang paling indah untuknya. karena dia juga sangat indah. so,,, tak pantas kalau aku memberikannya bunga yang layu.

" Shill,,, ahh rasanya aku tak ingin pergi dari sini. aku ingin selalu bersamamu. menemanimu," seruku lagi.

aku tak perduli, meski ucapanku tak akan pernah terjawab sampai mengga berbuah jeruk. yang artinya itu sangat mustahil buka? ya,,, memang benar.

aku lantas menelengkan kepalaku. jam ditangan kiriku sudah menunjukkan detik-detik matahari akan terbenam. dan berarti, hari sudah aka menjelang malamn. tapi,,, aku benar-benar tak ingin meninggalkan istriku sendirian disini.

" Rio,, sudahlah. besok kembali lagi kesini. kasian anak kamu."

Sahabatku alvin, menasehatiku. iya,,, benar katanya. kasian anakku. kasian buah cintaku dan shilla. dia juga pasti akan sedih jika berlama-lama melihatku selalau meratap begini.

" papa,,, hari sudah menjelang magrib. lebih baik kita pulang dan mendoakan mama dalam sujud kita." seru putri kecilku, Cindai.

Aku tersenyum menatap satu-satunya orang, yang menurutku renkarnasi dari dir istriku. sebelum benar-benar meninggalkan tempat istriku ini, aku mncium mesra nisannya.

" sayang,,, aku pulang dulu."

Anakku Cindai, juga mengikutiku. ia mendekat ke arah nisan dan menciumnya, " Mama,,, aku sama papa pulang dulu ya. tapi mama jangan khawatir, Cinda janji bakal balik lagi kesini kok. dan bawain bunga buat mama."

Ahh,,, anakku begitu bijaknya. walau terlahir sebagi yatim ia tak pernah sedikitpun memperlihatkan kekuarngannya. kekurangannya akan kasih sayang seorang ibu.

kami lantas pergi dari tempat istriku beristirahat dengan tenang itu. lalu, kami bersama-sama melnagkah menuju mobil. Aku duduk di kursi penumpang. sedang anakku duduk disebelah Gabiel - sang pengemudi- yang juga sahabat dekatku.

aku membuang pandanganku ke arah langit. menatap burung-burung yang berterbangan untuk kembali ke sangkar mereka. ahh,,, aku ingin sekali bisa seperti itu bersama anak juga istriku.


***************************************************
derai air mata disetiap sujudmu 
seperti tak pernah cukup untuk menjagaku

Aku menatap punggung orang-orang yang sangat kusayangi itu. mereka tak pernah sekalipun meluangkan waktunya tanpa mengunjungi tempatku. temap yang menjadi benteng pemisah antara aku dengan mereka. aku tak pernah menyalahkan Tuhan atas apa yang menimpaku. walau Tuhan telah memisahkan aku dengan suami dan anakku, tapi aku begitu bersyukur kepadanya karena-Nya orang-orang yang aku sayangi tak pernah melupakanku.

Aku mengelus bunga pemberian suamiku itu. ia tak pernah lupa untuk meninggalkan bunga favoritku ini diatas makamku.
" hati-hati sayang. " seruku menjawab perkataan anakku saat ia berpamitan denganku. untuk pulang dan meninggalkan tempatku ini.

Anak yang tak pernah ku beri air susuku itu begitu sangat cantik. walau ia tak pernah melihatku, tapi ia begitu menyayangiku. ia selalu ikut bersama Rio - suamiku- setiap kali ia datang ketempatku ini.

aku memang telah lama pergi meninggalkan mereka. terhitung sudah 10 tahun yang lalu bahkan. tapi lihat?? mereka masih merasakan kehilanganku. dan aku, juga begitu.

disetiap malam, aku juga tahu. suami dan ankku selalu mendoakan aku. mendoakan aku dalam setiap sujud mereka. suamiku, selalu rutin melantunkan ayat-ayat cinta untukku. disela doa dalam malam-malamnya yang sunyi.

Ampun yang selalu dipinta olehnya untukku kepada-Nya, mungkin bagaikan candu tersendiri untuk keraguan hatinya kala merindukanku.

" dan ketahuilah suamiku,,, kita akan bertemu jika tuhan mengijinkan."

**********************************
" papa,,, sore nanti kita mengunjungi mama lagi kan?"

Aku menyunggingkan senyum lembut penuh kasih sayang itu kepada ankak semata wayangku.
" Lihatlah, Sayang. dia bahkan semakin mirip denganmu." seruku dalam hati.


 Aku mengecup puncak kepala ankku itu. ahh,, ternyata anakku sudah tumbuh menjadi gadis yang begitu cantik. andai saja Shilla ada disini dan ikut merawatnya, pasti ia akan bangga melihat ini semua.

" halo,,,," suara itu menyeru dari pintu utama rumahku.

Tak perlu menunggu lama untuk memastikan siapa orang itu, ankku langsung berlari dan menghampiiri wanita yang selama ini telah menjaganya dari kecil. dan sungguh beruntungnya kami - aku dan shila- memiliki dua sahabat yang begitu setia.

" tante via,,," anakku begitu girangnya saat melihat sahabat dekat istriku itu.

Sivia pun dengan lepasnya memeluk anakku yang juga telah di anggapnya sebagai anak sendiri. gabriel dengan senyum mengembang diwajahnya juga ikut-ikutan mengacak kepala ankku.

" heii,,, kamu dicariin tuh" seru gabriel kepada anakku.
" siapa om?" cindai begitu antusiasnya menanggapi perakataan gabriel.
" tuh,,,,"

Gabrile menunjuk orang yang dimaksudnya dengan dagu. dan reaksi yang diberikan anakku, ia langsung berlari menghampiri orang itu.

" bagas? kapan kamu dateng?"

YA,,, anak itu bagas. adik bungsu Gabriel yang juga berusia sama dengan anakku. aku pun melangkahkan kakiku untuk mendekati mereka semua.

" halo Om" ucap bagas kepadaku. sungguh sangat sopan.

aku tersenyum kepadanya. lalu, memepersilahkan Gabriel dan sivia untuk duduk. mereka semua berkumpul di rumahku bukan karena tidak ada apa-apa. kami semua berkumpul disini untuk merayakan hari ulang tahun istriku yang ke 35.

" papa,,, bagas juga ikut?" tanya anakku.

aku menganggukan kepalaku sebagai tanda mengiyakan perkataannya. dan saat mendengar jawabanku itu, wajahnya mengembangkan senyum penuh rona berseri.

tepat pukul 16.00 kami semua berangkat ke makam Shila. dan tak lupa, aku sudah menyiapkan gaun untuk cindai. gaun yang dulu pernah dikenakan Shilla pada  hari pertunangan kami.

aku lantas tak mengedipkan mataku. mungkin gabriel dan sivia juga melakukan hal yang sama. cindai, begitu mirip dengan istriku. dan tanpa sadar, air mataku menitik melihatnya. ohh Shilla, aku begitu merindukanmu. seruku dalam hati.

aku melihat sivia meletakkan kepalanya dibahu gabriel dan dia juga menangis melihat Cindai. " dia begitu mirip dengan shilla." serunya.

gabriel mengelus punggung istrinya itu untuk menenangkan. tapi, memang gabriel juga harus merngakui itu. ia melihat Shilla pada diri cindai dan ia juga menangis setelahnya.

" shilla,,,,"

Cindai langsung menghamburkan dirinya memelukku. dan aku memeluknya dengan sangat erat.

" mama,,,,, Cindai, papa, bagas sama tente dan om gabriel datang."

********************************

Aku melihat mereka. oh anakku. ia sangat canti sekali menggunakan gaun itu. gaun pertunanganku dengan Rio.
" selamat ulang tahun mama." seru anakku. yang setelahnya juga disusul oleh suamiku.

ia lagi mneletakkan mawar kesukaanku. dan setalhnya iamengecup nisanku.
" selamat ulang tahun istriku. ini sesuai permintaanmu. gaun ini digunakan cinda saat ia genap berumur 10 tahun."

Aku menitikkan air mataku. suamiku,,, ia masih mengingat pesanku itu.

" shilla,,, temuilah mereka dengan wujudmu." 
 suara itu, menggema. dan setelhnya cahaya putih menyelimuti diriku.

" mama,,,"
" Shilla,,,"

Mereka bisa melihatku. ohh tuhan, terima kasih untuk kesempatan ini.

aku langsung memeluk mereka dan mengucapkan terima kasih.

" jagalah anak kita baik-baik rio. dan kalian sivia-gabriel,, terima kasih sudah menjaga anakku."

Waktuku habis. dan aku hilang dari pandangan mereka. aku tertarik kedalam dunia yang benar-bnar jauh dari mereka. aku melihat mereka memasang wajah kesedihan.

"selamat jalan sayang. suatu saat, kita akan bertemu lagi....."

*end

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates