************************
Gerimis yang melanda ibu kota pada sore hari, membuat jalanan
semakin macet. Diantara kendaraan yang terdiam karena tak mendapat ruang
untuk bergerak ada seorang Alvin yang mulai mendengus beberapa kali.
Jari-jari tangannya ia hentakkan ke atas stir mobil. Matanya juga liat
melirik ke arah jam tangannya. Sudah pukul 16.00. Berarti sudah 20 menit
ia terjebak pada keadaan ini. Ahh,, inilah yang tak Alvin inginkan.
Menunggu lengganggnya jalanan kota, yang justru membuang waktunya dengan
percuma.
Alvin mengambil i-phonenya. Lalu meletakkan jari-jarinya diatas
touch screen benda itu. Dan tap, saat ia mendapatkan apa yang ia cari,
ia segera menekan tombol dial.
" halo,,,, maaf sayang jalanan macet. Kamu masih disana???" Alvin berbicara dengan orang di seberang telepon sana.
Ya,,,, dia gadisnya Alvin. Tentu saja yang ditelepon itu Shilla.
Bibir Alvin mengerut untuk beberapa saat. Ahh,,, gerimis bisakan kamu
berhenti sebentar??? Pinta Alvin. Janjinya dengan Shilla untuk bertemu
di toko buku langganan Shilla harus mendapat halangan. Dan Alvin benci
dengan yang namanya itu.
" Tunggu aku. Aku akan segera kesana. Bye sayang."
Tiittt,,,,,. Alvin mematikan teleponnya. Lalu dengan segera
menancapkan mobilnya karena jalanan yang dilaluinya sudah lenggang
kembali. Jadilah ia dengan secepat yang ia bisa mengarahkan kendaraannya
menuju toko buku yang sudah ada seorang putri cantik. Putri cintanya.
" Maaf,,,,," seru Alvin.
Gadis dihadapan Alvin tersenyum lebar. Dengan buku yang ada ditangannya ia menatap Alvin yang mengerucutkan bibirnya.
" no thing, baby. Tenang aja." sahut gadis itu.
" kau tidak marah, Shilla???" tanya Alvin menatap mata Shilla.
Gadis itu menganggukkan kepalanya masih dengan buku ditangannya.
" Aku sudah hapal dengan kejadian itu. Kita juga pernah mengalaminya kan???? Terjebak macet ditengan gerimis."
Shilla terkikik pelan. Sangat pelan bahkan. Kaki jenjangnya lantas
melangkah menyusuri rak buku yang menyediakan berbagai jenis buku yang
mungkin salah satunya akan menarik perhatian Shilla.
" Shilla,,,???"
" hum???"
Alvin menutup mulutnya. Tak ada kata-kata apapun yang ia lontarkan. Ia hanya memanggil nama Shilla tadi.
Shilla lantas menanggapinya dengan senyuman lebar. Senyuman yang langsung membuat Alvin gelisah. Senyum itu menghipnotisnya.
" sudahlah Alvin. Aku tidak marah."
Tangan Shilla yang sedari tadi menyusuri deretan buku-buku
dihadapannya, terhenti pada buku yang tidak terlalu tebal. Ia pun dengan
segera mengambilnya. " A million reason of love". Shilla membaca judul
buku itu tanpa suara. Lalu, satu demi satu ia membuka halaman demi
halaman benda itu.
Alvin mendekatkan dirinya dengan Shilla. Ia memicing saat membaca
kutipan kalimat pada halaman yang dibuka Shilla. " Cinta bukan tanpa
alasan. Cinta sebenarnya adalah bagaimana kita mampu menjadi yang
terbaik untuk orang yang selalu membuat kita tersenyum. Cinta adalah
bagaimana kita mampu menjadi diri kita sendiri didepan orang itu. Tanpa
harus menutup apapun yang memang itu asli dari diri kita. Karena cinta
akan menerima kekurangan itu menjadi sebuah keunikan."
Shilla membaca deretan kalimat dihadapannya. Dan matanya juga berhenti pada kalimat yang tadi dibaca Alvin dalam hati.
" Cinta,,,,"
Shilla menaikkan pandangannya. Dan saat ia begitu pandangannya
bertemu dengan pandangan Alvin yang menyalurkan berbagai reaksi didalam
hatinya. Entah efek dari quotes atau pandang yang sedang terjadi
diantara mereka, keduanya tersenyum hangat. Dan mata mereka saling
berbicara. Andaikan saja mereka tahu bahasa mata. Pasti mereka akan tahu
apa yang ingin disampaikan alvin pada Shilla.
" Karena cinta itu sempurna karena hati kita."
Brakk,,,,,, suara benda terjatuh yang cukup kuat, membuat Alvin juga
Shilla menghentikan aksi pandang memandang mereka. Yang langsung
membuat keduanya salah tingkah. Alvin yang tidak suka buku, malah
berpura-pura memilih buku. Sedang Shilla hanya menundukkan kepalanya
kedalam bacaan yang dibukanya tadi.
**********************
" ehh,,, sorry. Aku gak sengaja."
Wanita yang tadi menjatuhkan beberapa buku dari atas rak, buru-buru
meminta maaf kepada sang penjaga tokoh. Karena ulahnya, penjaga tokoh
yang lebih tua darinya 3 tahun itu harus membereskan buku-buku itu.
" maaf kan aku. Aku betul-betul tidak sengaja."
" ya,,, gak apa-apa Mbak." sahut sang penjaga tokoh.
" Mbak,,,,,,,"
" panggil aku Zahra saja." ucap sang penjaga tokoh saat wanita itu terlihat ragu untuk menyerukan namanya.
" maaf ya Mbak."
Penjaga tokoh itu tersenyum bersahabat. Lalu, setelah ia membereskan buku-buku itu, ia segera kembali ke meja kasirnya.
************
" Vin, aku udah dapet bukunya." seru Shilla.
" kita pulang???"
" iya... Udah sore juga kan."
Alvin dan Shilla pun segera menuju meja kasir untuk membayar buku yang dibeli Shilla.
" ini Mbak." Shilla menyerahkan bukunya kepada kasir tokoh.
" semuanya 100 ribu."
Shilla segera mengeluarka uang dari tak tangan yang dibawanya. Namun, tangan Alvin mencegahnya.
" biar aku yang bayar."
" gak usah. Kan ini bukuku. Jadi biar aku aja yang bayar." tolak Shilla halus.
" Biar aku,,,,"
" Alvin,,,, aku aja."
Mendengar nama orang yang memang sungguh tak asing ditelingannya,
membuat seorang gadis yang tadi menjatuhkan buku menegakkan tubuhnya.
Lantas melangkahkan kakinya untuk mencari orang itu.
" Alvin. Dia disini????" seru gadis itu.
Alvin dan Shilla melangkahkan kakinya keluar tokoh setelah
menyelesaikan pembayaran. Dan gadis itu, sempat melihat orang yang
memang benar tak asing baginya. Yang ia pikir hanya namanya yang sama.
Tapi ternyata, itu adalah Alvin yang ia kenal.
" siapa wanita itu???"
Gadis itu pun melangkah ke arah meja kasir. Bermaksud menanyakan barang kali penjaga kasir itu tahu sesuatu.
" Mbak kenal dua orang yang tadi???" tanya sang gadis.
" ohhh,,, mereka Alvin dan Shilla. Kenapa ya Mbak?"
" Pacaran ya mereka???" tanya gadis itu lagi.
Penjaga kasir mengangkat bahunya. Ia tidak memberi informasi pada gadis itu.
" memangnya kenapa Mbak???"
Gadis itu menggelengkan kepalanya. Tidak mendapat jawaban apa-apa dari penjaga kasir itu, akhirnya ia memutuskan untuk pergi.
" Itu benar Alvin??? Ahhh,,,, Alvin. Kau hanya untukku. Tidak boleh
menjadi milik siapapun. Apalagi Shilla." gadis itu bertekad. Ia menatap
mobil Alvin yang sudah menjauh dari jangkauan pandangnya.
" Lihat Alvin. Aku akan kembali lagi ke kehidupanmu. Dan mengusik putri mu itu." Gadis itu tersenyum licik.
Ia memakai kaca mata hitamnya, lalu melangkah memasuki mobil Verari
miliknya. Dan dengan cepat ia menancap gas. Meninggalkan toko yang
menjadi tempat pertama pertemuannya dengan Alvin dimulai.
************
" Aku langsung pulang ya."
" iya. Hati-hati ya. Titip salam sama Dinda."
Shilla melambaikan tangannya membarengi kepergian mobil hitam Alvin
dari depan rumahnya. Dengan sunggingan senyum lebar, ia melangkah
memasuki rumahnya.
Shilla menghempaskan tubuhnya. Lalu, segera ia bangkit dari
rebahannya saat mengingat buku yang ia beli di toko buku tadi. Buku itu
membuat Shilla tertarik, sangat tertarik bahkan untuk membacanya.
Tanpa menunggu, Shilla langsung membuka plastik yang membungkus buku
itu. Lalu membaca bagian demi bagian dari halam buku tersebut.
" Bagaimana kita harus menanggapi hambatan cinta sejati. Karena
sesunggguhnya, cinta sejati itu akan tetap kembali walau badai
membawanya pergi."
Shilla memutar matanya. Tangannya ia ketukan di bawah bibirnya, senada dengan putaran matanya.
Ahhh,,, Shilla mendesah kuat. Buku itu ia tutup dan ia simpan di
laci meja riasnya. Tak ingin terlalu berpikir keras tentang apa yang
terjadi dengan dia dan Alvin kedepannya, Shilla pun memilih untuk
menyiram dirinya dengan air hangat.
Penjamkan mata. Dan saat kau membukanya, kau akan melihat akan ada
kenyataan yang terkadang sulit untuk diterima. Shilla, Alvin bahkan
Sivia dan gabriel sekalipun tak akan tahu apa yang akan menimpa kisah
mereka. Tapi asal percaya, semua dapat dilalui. Benar bukan????
0 komentar:
Posting Komentar