Ironisnya,
ketika ada bangsa lain yang mengklaim budaya Indonesia, kita dengan
membabi buta menghujatnya habis-habisan. Tanpa sadar bahwa itu semua
terjadi karena kita sendiri telah menelantarkan budaya Indonesia.
Berangkat
dari fenomena di atas, Mozaik Indie Publisher menantang kalian semua
untuk mengikuti audisi menulis cerpen bertema budaya yang kami namakan: CINTA MATIKU INDONESIA.
Adapun ketentuan audisinya sebagai berikut:
SYARAT PENDAFTARAN
• Peserta terbuka bagi siapa saja yang telah berteman dengan Mozaik Indie Publisher.
• Like Fanpage Mozaik dan follow twitter Mozaik: @MozaikIndie
• Setiap peserta hanya berhak mengajukan satu tulisan terbaiknya.
• Sebarluaskan info event ini melalui dua cara yang bisa kamu pilih:
Jika lewat note FB, maka kamu harus mentag minimal 20 teman dan akun FB Mozaik Indie Publisher.
Jika
lewat blog, maka kamu harus publish blogmu di twitter dengan format:
Audisi #CintaMatikuIndonesia[link blogmu] mention: @MozaikIndie
SYARAT NASKAH CERPEN
•
Menulis sesuai dengan ketentuan panitia yaitu mengangkat salah satu
budaya Indonesia menjadi tema utama ceritamu. Namun kalian tetap
dibebaskan untuk menuliskannya menjadi berbagai macam genre mulai dari
romance, komedi, thriller hingga misteri.
Sebagai referensi kalian bisa membaca karya fiksi yang bertema budaya di bawah ini:
•
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang literer (indah, menarik,
mengalir) serta komunikatif. Diperbolehkan menggunakan bahasa daerah
asalkan diberi keterangan arti katanya dalam Bahasa Indonesia.
•
Naskah yang dilombakan harus asli (bukan saduran atau plagiat) dan belum
pernah dipublikasikan serta tidak sedang dikirimkan ke media manapun.
• Naskah ditulis di kertas A4, diketik dengan spasi 1,5, font TNR 11, margin standart, panjang naskah antara 4 – 8 halaman.
• Tulisan tidak mendiskreditkan kelompok tertentu terkait isu SARA, melanggar kesusilaan dan pornografi.
• Kirim naskahmu ke email: audisicmi@gmail.com dengan subject: Judul Cerpen_Nama Pengarang. Jangan lupa sertakan biodata narasi maksimal 1 paragraf di akhir naskah. DEADLINE : 30 JULI 2013. (Diperpanjang jika naskah belum memenuhi kuota)
•
Penilaian penulisan sesuai dengan kriteria yang ditentukan panitia.
Kriteria penilaian akan melihat beberapa indikator, diantaranya:
No.KOMPONEN PENILAI INDIKATOR PENILAIAN JURI
1.Judul Cerpen: Relevansi Dengan Tema2.Perwatakan: Kekuatan Karakter Dengan Penokohan Cerita3.Penyajian Alur Cerita: Konflik Yang mengejutkan dan Alur yang Susah Ditebak, Ending Cerita4.Diksi Dan pilihan Kata:Pemilihan Dan Penggunaan Kosakata Dalam Menyajikan Alur Cerita Dan Dialog
5.Pesan
dan isi Cerita: Tema Budaya harus menjadi ide utama bukan sekedar
tempelan. Pesan Moral dan Sosial yang tersirat dari cerita6.Ketentuan Penulisan:Kesesuaian terhadap aturan penulisan yang ditetapkan panitia.
Akan
kami pilih 25 naskah terbaik akan dibukukan dengan naskah Mr.Moz.
Karena ini diterbitkan secara indie, maka kontributor tidak akan
diberikan royalti namun akan mendapatkan diskon 20 persen jika membeli
bukunya sendiri.
Jika naskah-naskah yang terpilih mempunyai
nilai jual yang tinggi maka akan kami coba ajukan ke investor untuk
diterbitkan secara major dan tentunya semua kontributor akan mendapatkan
royalti. Oleh karena itu keluarkan kemampuan terbaikmu yaa!!
Ayo ekspresikan rasa cintamu pada tanah air dan budaya Indonesia melalui Audisi CINTA MATIKU INDONESIA..!!
Please, feel free to copy paste and share to everyone :-)
Salam
Mozaik Team
semua reash hati manusiamu
untuk membagi kisah atas nama cinta,,,,,
Aku kembali mendatangi makam orang yang paling aku sayangi. sepanjang hidupku. iya,,,, sepanjang hidupku. orang yang selalu akan hidup didalam hatiku, walaupun ia telah lebih dulu melangkahkan kakinya jauh dariku. jauh dan tak pernah bisa terkejar oleh ku.
aku menciumi nisannya. tanah yang sudah hampir rata ini, tak pernah sekalipun luput dari pandanganku. air mata ku selalu tertupah disini. dimakan orang terkasihku. ashilla.
" Sayang,,, kau pasti melihat aku disini kan? dan aku juga yakin kalau kamu sedang ada disampingku." seruku.
disetiap kesempatan aku datang ke tempat ini, aku tak pernah lupa untuk membawa bunga kesukaannya. bunga nawar merah. dan sekarang, aku sedang meletakkan bunga kesukaannya. dan tanpa kurang apapun, aku memilihkan bunga yang paling indah untuknya. karena dia juga sangat indah. so,,, tak pantas kalau aku memberikannya bunga yang layu.
" Shill,,, ahh rasanya aku tak ingin pergi dari sini. aku ingin selalu bersamamu. menemanimu," seruku lagi.
aku tak perduli, meski ucapanku tak akan pernah terjawab sampai mengga berbuah jeruk. yang artinya itu sangat mustahil buka? ya,,, memang benar.
aku lantas menelengkan kepalaku. jam ditangan kiriku sudah menunjukkan detik-detik matahari akan terbenam. dan berarti, hari sudah aka menjelang malamn. tapi,,, aku benar-benar tak ingin meninggalkan istriku sendirian disini.
" Rio,, sudahlah. besok kembali lagi kesini. kasian anak kamu."
Sahabatku alvin, menasehatiku. iya,,, benar katanya. kasian anakku. kasian buah cintaku dan shilla. dia juga pasti akan sedih jika berlama-lama melihatku selalau meratap begini.
" papa,,, hari sudah menjelang magrib. lebih baik kita pulang dan mendoakan mama dalam sujud kita." seru putri kecilku, Cindai.
Aku tersenyum menatap satu-satunya orang, yang menurutku renkarnasi dari dir istriku. sebelum benar-benar meninggalkan tempat istriku ini, aku mncium mesra nisannya.
" sayang,,, aku pulang dulu."
Anakku Cindai, juga mengikutiku. ia mendekat ke arah nisan dan menciumnya, " Mama,,, aku sama papa pulang dulu ya. tapi mama jangan khawatir, Cinda janji bakal balik lagi kesini kok. dan bawain bunga buat mama."
Ahh,,, anakku begitu bijaknya. walau terlahir sebagi yatim ia tak pernah sedikitpun memperlihatkan kekuarngannya. kekurangannya akan kasih sayang seorang ibu.
kami lantas pergi dari tempat istriku beristirahat dengan tenang itu. lalu, kami bersama-sama melnagkah menuju mobil. Aku duduk di kursi penumpang. sedang anakku duduk disebelah Gabiel - sang pengemudi- yang juga sahabat dekatku.
aku membuang pandanganku ke arah langit. menatap burung-burung yang berterbangan untuk kembali ke sangkar mereka. ahh,,, aku ingin sekali bisa seperti itu bersama anak juga istriku.
***************************************************
derai air mata disetiap sujudmu
seperti tak pernah cukup untuk menjagaku
Aku menatap punggung orang-orang yang sangat kusayangi itu. mereka tak pernah sekalipun meluangkan waktunya tanpa mengunjungi tempatku. temap yang menjadi benteng pemisah antara aku dengan mereka. aku tak pernah menyalahkan Tuhan atas apa yang menimpaku. walau Tuhan telah memisahkan aku dengan suami dan anakku, tapi aku begitu bersyukur kepadanya karena-Nya orang-orang yang aku sayangi tak pernah melupakanku.
Aku mengelus bunga pemberian suamiku itu. ia tak pernah lupa untuk meninggalkan bunga favoritku ini diatas makamku.
" hati-hati sayang. " seruku menjawab perkataan anakku saat ia berpamitan denganku. untuk pulang dan meninggalkan tempatku ini.
Anak yang tak pernah ku beri air susuku itu begitu sangat cantik. walau ia tak pernah melihatku, tapi ia begitu menyayangiku. ia selalu ikut bersama Rio - suamiku- setiap kali ia datang ketempatku ini.
aku memang telah lama pergi meninggalkan mereka. terhitung sudah 10 tahun yang lalu bahkan. tapi lihat?? mereka masih merasakan kehilanganku. dan aku, juga begitu.
disetiap malam, aku juga tahu. suami dan ankku selalu mendoakan aku. mendoakan aku dalam setiap sujud mereka. suamiku, selalu rutin melantunkan ayat-ayat cinta untukku. disela doa dalam malam-malamnya yang sunyi.
Ampun yang selalu dipinta olehnya untukku kepada-Nya, mungkin bagaikan candu tersendiri untuk keraguan hatinya kala merindukanku.
" dan ketahuilah suamiku,,, kita akan bertemu jika tuhan mengijinkan."
**********************************
" papa,,, sore nanti kita mengunjungi mama lagi kan?"
Aku menyunggingkan senyum lembut penuh kasih sayang itu kepada ankak semata wayangku.
" Lihatlah, Sayang. dia bahkan semakin mirip denganmu." seruku dalam hati.
Aku mengecup puncak kepala ankku itu. ahh,, ternyata anakku sudah tumbuh menjadi gadis yang begitu cantik. andai saja Shilla ada disini dan ikut merawatnya, pasti ia akan bangga melihat ini semua.
" halo,,,," suara itu menyeru dari pintu utama rumahku.
Tak perlu menunggu lama untuk memastikan siapa orang itu, ankku langsung berlari dan menghampiiri wanita yang selama ini telah menjaganya dari kecil. dan sungguh beruntungnya kami - aku dan shila- memiliki dua sahabat yang begitu setia.
" tante via,,," anakku begitu girangnya saat melihat sahabat dekat istriku itu.
Sivia pun dengan lepasnya memeluk anakku yang juga telah di anggapnya sebagai anak sendiri. gabriel dengan senyum mengembang diwajahnya juga ikut-ikutan mengacak kepala ankku.
" heii,,, kamu dicariin tuh" seru gabriel kepada anakku.
" siapa om?" cindai begitu antusiasnya menanggapi perakataan gabriel.
" tuh,,,,"
Gabrile menunjuk orang yang dimaksudnya dengan dagu. dan reaksi yang diberikan anakku, ia langsung berlari menghampiri orang itu.
" bagas? kapan kamu dateng?"
YA,,, anak itu bagas. adik bungsu Gabriel yang juga berusia sama dengan anakku. aku pun melangkahkan kakiku untuk mendekati mereka semua.
" halo Om" ucap bagas kepadaku. sungguh sangat sopan.
aku tersenyum kepadanya. lalu, memepersilahkan Gabriel dan sivia untuk duduk. mereka semua berkumpul di rumahku bukan karena tidak ada apa-apa. kami semua berkumpul disini untuk merayakan hari ulang tahun istriku yang ke 35.
" papa,,, bagas juga ikut?" tanya anakku.
aku menganggukan kepalaku sebagai tanda mengiyakan perkataannya. dan saat mendengar jawabanku itu, wajahnya mengembangkan senyum penuh rona berseri.
tepat pukul 16.00 kami semua berangkat ke makam Shila. dan tak lupa, aku sudah menyiapkan gaun untuk cindai. gaun yang dulu pernah dikenakan Shilla pada hari pertunangan kami.
aku lantas tak mengedipkan mataku. mungkin gabriel dan sivia juga melakukan hal yang sama. cindai, begitu mirip dengan istriku. dan tanpa sadar, air mataku menitik melihatnya. ohh Shilla, aku begitu merindukanmu. seruku dalam hati.
aku melihat sivia meletakkan kepalanya dibahu gabriel dan dia juga menangis melihat Cindai. " dia begitu mirip dengan shilla." serunya.
gabriel mengelus punggung istrinya itu untuk menenangkan. tapi, memang gabriel juga harus merngakui itu. ia melihat Shilla pada diri cindai dan ia juga menangis setelahnya.
" shilla,,,,"
Cindai langsung menghamburkan dirinya memelukku. dan aku memeluknya dengan sangat erat.
" mama,,,,, Cindai, papa, bagas sama tente dan om gabriel datang."
********************************
Aku melihat mereka. oh anakku. ia sangat canti sekali menggunakan gaun itu. gaun pertunanganku dengan Rio.
" selamat ulang tahun mama." seru anakku. yang setelahnya juga disusul oleh suamiku.
ia lagi mneletakkan mawar kesukaanku. dan setalhnya iamengecup nisanku.
" selamat ulang tahun istriku. ini sesuai permintaanmu. gaun ini digunakan cinda saat ia genap berumur 10 tahun."
Aku menitikkan air mataku. suamiku,,, ia masih mengingat pesanku itu.
" shilla,,, temuilah mereka dengan wujudmu."
suara itu, menggema. dan setelhnya cahaya putih menyelimuti diriku.
" mama,,,"
" Shilla,,,"
Mereka bisa melihatku. ohh tuhan, terima kasih untuk kesempatan ini.
aku langsung memeluk mereka dan mengucapkan terima kasih.
" jagalah anak kita baik-baik rio. dan kalian sivia-gabriel,, terima kasih sudah menjaga anakku."
Waktuku habis. dan aku hilang dari pandangan mereka. aku tertarik kedalam dunia yang benar-bnar jauh dari mereka. aku melihat mereka memasang wajah kesedihan.
"selamat jalan sayang. suatu saat, kita akan bertemu lagi....."
*end
" Sivia,,,,, tunggu."
Sivia bukannya menghentikan langkahnya, ia malah semakin melangkah
dengan cepat. Sesekali ia menabrak orang-orang yang berjalan berlainan
arah dengannya dikoridor sekolah.
Sivia masih terus mempercepat langkahnya. Dibelakangnya, Gabriel
masih terus memanggilnya dan mengejarnya tanpa perduli kalau banyak yang
mencibirnya gara-gara ia terus-terusan menabrak teman-temannya yang ada
dikoridor.
" Sivia,,, berhenti." Gabriel berteriak. Tapi, tak juga membuat
Sivia menghentikan langkahnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk mempercepat
larinya. Dan tangannya pun berhasil menggapai tangan Sivia yang
sekarang sudah menghentikan langkahnya.
" kenapa sih Vi??? Kok lari???"
Sivia masih membelakangi gabriel. Rasa gelisah itu seketika
membekukan dirinya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Rasa hangat yang
terkumpul di pergelangan tangannya membuatnya benar-benar kehilangan
kesadaran.
" Vi,,,, jawab."
Gabriel melangkah ke depan Sivia. Lalu ia menaikkan dagu gadis itu
agar menatapnya balik. Tapi, Sivia tak membiarkan tangan kekar itu
menyentuh dagunya terlalu lama. Dan jadilah ia menepis tangan itu.
" Lepas Kak."
Gabriel merasakan perubahan aneh yang sangat pada Sivia. Kenapa dia
jadi menghindar seperti ini lagi sih?? Pikir gabriel. Ia tak lekas
beranjak dari tempatnya karena tak mendapat perlakuan yang selayaknya
dari Via. Melainkan ia masih mengarahkan mata Almondnya menatap mata
Sivia yang sayu.
" Vi,,,, kamu kenapa sih?? Kemaren sewaktu kita ketemu dikoridor belakang sekolah kamu gak kayak gini deh."
Sivia masih tetap diam. Bahkan sekarang ia mengalihkan pandangannya ke arah lapangan basket.
" jawab Vi."
" maafkan aku kak."
Gabriel memicing. Maaf??? Tapi untuk apa? Apa Sivia punya kesalahan?
Tapi rasanya tidak. Kamu tidak punya kesalahan padaku, Via. Keluh
Gabriel dalam hati.
" maaf untuk apa??? Kamu kan gak salah sama aku."
Sivia menggeleng. Sekarang, ia menjadi gadis yang begitu cengeng.
Kebawelanya bak di telan dedemit sekolah. Iya, kebawelan yang selalu
menyertai dirinya, tak ada saat ini. Yang ada malah air mata dan tangis
yang tidak terisak.
" Sivia.... Jawab. Please. Jangan hanya mengurai air mata begini."
Gabriel lagi-lagi mengarahkan wajah Sivia agar langsung bertatap
dengannya. Agar ia bisa membaca rasa dihati gadis dihadapannya lewat
pancaran mata sayu itu.
" Aku gak mau dibilang pengkhianat kak. Jadi, aku gak mau deket-deket kakak." jelas Sivia.
" pengkhianat??? Tapi sivia yang kamu khianati Vi??? Gak ada.
Lagian, aku juga masih...." Gabriel menggantungkan kalimatnya. Sembari
menggaruk tengkuknya ia tersenyum malu.
" Ify...."
Grompyang...... Glutek,,,,, dumm,,,, duarr.... Mendengar nama itu,
seperti sebuah bom yang meletup di dalam dirinya. Mata Almond yang
tadinya berkaca malu, berubah menjadi sebuah kekagetan yang sangat
berarti.
" tapi Vi...."
" kak,,,, aku gak mau Ify mencap aku sebagai pengkhianat lagi. Cukup
kak. Cukup aku yang menjadi penyebab kematian Ify. Cukup aku menderita
asal Ify bisa....."
" Sivia stop...."
" Aku rela seperti ini demi sahabatku kak. Jadi please,,, ngertiin aku. Aku mau ify....."
" sivia STOPP!!!" gabriel menaikkan nada bicaranya. Ia terlihat
beram sekali mendengar perkataan Sivia. Wajah hitam manisnya sekarang
berubah menjadi warna merah padam. Dengan menampakkan guratan urat-urata
diwajahnya.
" Itu bukan salah kamu. Itu salah aku Vi."
Sivia yang tadinya hanya menitikkan air matanya, sekarang malah
terisak. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya yang tembam.
Tanpa meminta persetujuan sebelumnya, Gabriel langsung menyurukkan kepala Via ke dalam pelukannya.
Gabriel bisa merasakan goncangan hebar ditubuh Sivia. Ia memeluk
tubuh gadis itu erat. Ia tidak ingin melepaskan pelukannya. Ia tak
perduli seberapa usaha sivia untuk lepas dari pelukanya.
" lepas.... " Ucap Sivia parau dibarengi isakannya.
" itu salah ku Via. Kalau aja aku gak memutuskannya dan gak memilih
untuk mengejar gadis yang memang aku cintai dari dulu, pasti itu gak
akan terjadi via." Seru Gabriel mencoba menenangkan Via.
Sivia memukul dada bilang Iel pelan. Karena tangisnya, seragam sekolah Iel sudah basah dibagian depannya.
" ini semua karena ego ku Vi. Karena egoku untuk mendapatkan orang yang aku mau."
Sivia semakin terisak. Orang yang Gabriel mau??? Dan itu juga
pastilah bukan aku. Oh Ify,,,, aku juga dengar kan perkataan gabriel???
Sivia merangkai kalimat itu dalam hatinya.
" dan sekarang, aku gak mau menunggu lama. Aku juga gak mau melihat gadis itu menjadi milik orang lain."
Sivia melepaskan pelukan Gabriel yang mulai renggang.
" pergilah kak. Kejar gadismu itu."
" aku gak akan pergi Via."
" kenapa??? Bukannya kamu gak mau kehilangannya???"
" aku gak akan pergi kemana-mana. Sebab gadis itu ada didepanku. Ada bersamaku."
Sivia tertegun. Gadis itu? Aku?? Sivia menggeleng. Ini bukan lelucon yang lucu.
" jangan bercanda kak."
" aku serius Via. Aku menyukaimu dari dulu. Dari awal kamu masuk SMP. Tapi,,, bodohnya aku yang malah memilih Ify."
Dab tes,,,,, Gabriel yang kuat sekarang juga menitikkan air matanya.
Sivia spontan mengarahkan jarinya menghapur air mata itu. Tap,,,,
tangan Sivia digenggang Gabriel di depan pipinya.
Hening. Keduanya terdiam, meresapi momen-momen yang sedang terjadi diantara keduanya.
" dan sekarang aku gak mau kehilangan kamu lagi Via."
Gabriel mengulangi menyurukkan sivia kedalam pelukannya. Tapi yang
berbeda sekarang adalah Sivia tak bereaksi apa-apa. Ia hanya mematung
didalam pelukan orang yang sebenarnya juga ia cintai itu.
" aku gak bisa mengkhianati ify."
Gabriel mendengar ucapan Sivia. Ia tahu betul persahabatan antara
dua gadis itu. Ia tak ingin Via merasa mengkhianati Ify, tapi disisi
lain ia juga tak ingin kehilangan Sivia.
" mengertilah Vi. Ify pasti mengerti. Dan dia pasti bahagia melihat sahabatnya bahagia."
Cup,,,, Gabriel mengakhiri perkataannya pada sivia dengan sebuah kecupan hangat di pucuk kepala gadis itu.
***********************
Shilla masih sibuk menulisi catatan biologinya yang tertinggal.
Dengan pinjaman buku dari Agni, ia sibuk menyelesaikan catatannya. Tanpa
tahu kemana sahabatnya - Sivia- pergi.
Dukk,,,, Kursi disebelah Shilla yang tadinya kosong sekarang sudah kembali ditempati oleh sang empunya, Sivia.
" dari mana Vi???" tanya Shilla tanpa mengalihkan pandangannya dari buku catatannya.
Sivia menggeleng. Dan pastilah, Shilla tidak tahu kalau Sivia melakukan itu.
" vi??? Kamu dari ma....."
Shilla menggantungkan kalimatnya. Saat ia menyadari mata Sivia sedikit membengkat. Dan ada bekas air mata disana.
" vi??? Kamu kenapa? Siapa yang buat kamu kayak gini."
" gak apa-apa Shill." jawab Via singkat.
Shilla tahu Via berbohong. Dan dia juga paling benci kalau Sivia
tidak jujur padanya. Ia berusaha menanyai Via dan catatan biologinya pun
terabaikan.
" vi,,, tell me. Kamu kenapa sih?? Gak mungkin kamu gak kenapa-napa." seru shilla khawatir.
Sivia menarik napas panjang. Lalu ia memeluk Shilla dan kembali menangis.
" shill,,, aku gak mau khianati Ify."
" loh,,, memangnya ada apa sih Vi?? Cerita deh."
Tanpa melepas pelukannya, Sivia pun bercerita kepada Shilla.
" kak Gabriel bilang kalau ternyata dia juga punya rasa yang sama
seperti aku. Aku bahagia mendengarnya Shill, tapi di lain sisi aku gak
mau bahagia sedangkan Ify malah nantinya membenciku."
Shilla melepaskan pelukannya. Lalu, mata onyxnya menatap tepat dikedua bole mata Via.
" Vi dengar. Ify pasti tahu kalau kalian berdua sama-sama mencintai.
Dan dia gak mungkin sejahat itu juga kan membiarkan kamu jauh dari
orang yang mencintai kamu. Ify pasti bahagia disana melihat dua orang
yang dia sayangi bersatu."
Shilla mengambil jeda sesaat. Lalu kembali melanjutkan kalimatnya. Lebih tepatnya opininya untuk Sivia.
" jangan bohongi perasaan kamu sendiri vi. Kalau kamu gak mau dia pergi lagi."
Keduanya berpelukan lagi. Sivia mencoba membuka pemikirannya.
Mungkin benar, Ify tidak akan sejahat itu padanya. Ify akan bahagia
kalau orang yang dia sayangi bersatu.
" terima kasih ya Shill".
Shilla tersenyum lebar. Lalu, kembali melanjutkan catatannya.
**************
Siangnya sepulang sekolah, Via menemui gabriel yang telah
menunggunya di taman sekolah. Laki-laki itu tersenyum menyambutnya yang
masih melangkah mendekatinya.
" kamu dateng juga, Vi???"
Sivia mengangguk. Ia tersenyum simpul ke arah gabriel. Tiba-tiba,
Gabriel memberikan Sivia sebuah boneka Winnie the pooh besar kepada
Sivia.
" boneka kesukaan kamu."
Sivia menerimanya. Lalu memeluk boneka itu dan kembali menyunggingkan senyum untuk Gabriel.
" Vi.... Aku mau kamu jadi pacarku."
Sivia mengalihkan pandangannya. Gabriel, menembaknya. Ini yang telah lama dinantikannya.
" Kita akan sama-sama nyekar ke makam ify jika kamu menerima ku dan memintanya untuk merestui kita."
Sivia menganggukkan kepalanya. Sekarang, ia berani menatap wajah Gabriel.
" jadi kamu????"
" iya kak. Aku mau."
Gabriel repleks menarik boneka Sivia dan langsung memeluk gadisnya
itu. Keduanya sama-sama tersenyum. Dan air mata Sivia terurai lagi,
sebagai air mata kebahagiaan.
Cinta benar-benar tak bisa ditebak apa akhirnya. Bisa saja apa yang
kita harapkan tak menjadi kenyataan. Tapi justru sebaliknya. Tapi,,,,
jika kita tahu cinta itu sendiri kita bisa menjalaninya. Menjadikan
halangan sebagai cobaan untuk memperkukuh jalinan itu. Agar tak mudah
tumpang jika tertiup angin kecil.
*************
udah panjang belum??? Masih belum ya??? Tinggalkan jejak ;)
@widarihasnita