Alvin menghentikan laju mobil camri didepan rumahnya. Ia lalu turun dari mobil dan membukakan pintu mobil sebelah kanan.
" turun!" seru Alvin pada gadis dengan mata sembab yang masih duduk didalamnya.
Chelsea,
gadis itu mengangguk sekilas. Ia menatap Alvin yang berdiri dengan
sebelah tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana
.
" ikut gue." pekik Alvin lagi.
Chelsea
mengikuti langkah kaki Alvin. Mulai dari menaiki tangga depan pintu
utama sampai ke sebuah kamar dengan interior berwarna biru cerah.
Alvin menaikkan dagunya ke arah kamar itu. Ia menyuruh chelsea untuk masuk kedalam.
" chel, lo sekarang tinggal disini. Dan ini jadi kamar lo sekarang."
Alvin
masuk kedalam, lalu melangkah mendekati jendela besar yang menghadap ke
taman belakang. Alvin membuka gorden putih susu yang menutup jendela.
Cahaya langit sore pun terlihat jelas dari sana.
Alvin
meninggalkan kamar Chelsea. Ia menutup pintu kamar itu. Tapi, kepala
Alvin nongol lagi sebelum sempat menutup pintu itu dengan sempurna.
" istirahatlah. Besok, kita harus ke pemakaman."
Chelsea manggut sekali. Alvin menutup pintu itu dan pergi ke teras belakang rumah yang langsung berakhir dengan kolam renang.
Alvin
membuka kemeja yang ia kenakan tadi. Ia sampirkan kemeja itu ke kursi
panjang yang ada diteras belakang. Ia menghela napas berat. Lalu
menghempaskan dirinya dipinggiran kolam.
*******
Chelsea menatap jam dinding yang ada di sebelah rak buku kamar baru -
rumah Alvin pastinya-. Ia menatap sejenak ke arah matahari terbenam.
" kak Shilla..." pekik Chelsea. Ia buru-buru mendekati jendela besar yang tadi dibuka Alvin.
Hilang.
Chelsea menitikkan air matanya untuk yang kesekian kalinya. Bayangan
Shilla lenyap bersama hilangnya cahaya senja yang sekarang sudah
berganti dengan langit yang berwarna gelap. Chelsea melihat, kakaknya
itu melambai dengan wajah damai kearahnya. Cantik sekali. Dengan
rambutnya yang tergerai, serta gaun selutut berwarna putih.
Shilla
tersenyum manis ke arah Chelsea. Chelsea melihat itu. Senyum yang
mendadak juga hilang. Chelsea menundukkan kepalanya, ia menatap lantai
keramik berwarna cokelat gading lalu menutup gorden jendela.
Chelsea
merebahkan tubuhnya kekasur. Dipeluknya baju terakhir yang dikenakan
Shilla. Sebelum akhirnya, ia terlelap dalam mimpi indahnya bersama
Shilla.
*******
Alvin menceburkan dirinya kedalam kolam renang. Jangan ditanya seberapa
dingin air yang sekarang sudah membasahi seluruh tubuhnya. Alvin tak
begitu peduli. Ia terus menyelam sampai ke seberang kolam.
"
Aaaaa......" Alvin teriak sekencang mungkin didalam air. Suara kemericik
air terdengar samar. Gelembung-gelembung gas bermunculan akibat
teriakan Alvin.
Alvin menaikkan kepalanya. Ia memukul berulang kali air kolam.
Alvin
menangis. Luka dalam hatinya membuatnya rapuh dan akhirnya mengeluarkan
air mata. Memang bukan sejatinya kalau laki-laki itu menangis hanya
karena penghianatan. Tapi, apakan Alvin salah kalau ia menangis? Apa ia
salah kalau ia sedih kehilangan orang yang dicintainya? Mungkin, tak
selamanya menangis itu menjadi sebuah kesalahan. Tapi, menangis juga
karena kesakitan yang begitu tak terkira rasanya.
******
Alvin mengetuk pintu kamar Chelsea. Alvin menggunakan baju hitam
selengan dan celana hitam panjang. Hari ini adalah hari pemakaman
Shilla. Ahh... Alvin begitu tersayat. Bagaimana mungkin ia mampu
menghilangkan nyawa gadis yang sebelumnya tak pernah ia kenal. Alvin
gelisah, rasa bersalah menggelayuti hatinya.
Chelsea keluar kamar.
Ia juga memakai pakaian serba hitam. Tanpa menunggu lama, mereka berdua
langsung melangkah kearah mobil dan pergi ke pemakaman Shilla.
"
Apa lo membenci gue?" tanya Alvin pada Chelsea usai pemakaman Shilla.
Chelsea mengelus nissan Shilla dan mengecupnya sekali. Kemudian, ia
menelengkan kepalanya menatap Alvin.
" kak Shilla gak pernah ngajarin aku untuk jadi seorang pembenci." seru Chelsea tanpa ragu.
Alvin
menghela napas. Kalau saja Chelsea tidak terima dengan hilangnya nyawa
Shilla, mungkin sekarang Alvin sudah memakai pakaian tahanan dan tidur
diruang kecil yang hanya beralas tikar.
" Lihat kak!" seru Chelsea pada Alvin. Alvin mengernyitkan dahinya. Ia menatap ke arah Chelsea yang berbinar menatap langit.
" apa???" tanya Alvin.
Chelsea
menyuruh Alvin untuk melihat ke arah langit. Memang, saat pemakaman
sedang berlangsung bahkan sampai sekarang, gerimis terus mengguyur bumi.
Alvin
mengikuti arah pandang Chelsea. Dilangit, tepat diatas pusaran makam
Shilla, pelangi nan indah muncul. Bukan hanya satu, dua bahkan
jumlahnya.
" Indah kan kak?"
Alvin mengangguk memuji dalam hati. Baru kali ini ia menyaksikan pelangi seindah itu bahkan diatas pusaran makam seorang gadis.
Mereka meninggalkan makam, setelah sebelumnya menabur bunga terakhir dimakam Shilla.
********
" terima kasih..."
Alvin terperanjat. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak ada siapa-siapa.
" Aku harap, janjimu akan kamu tepati."
Alvin mengedarkan pandangan. Ia menurunkan bacaannya dan melatakkan ke meja.
" Huaahhh...." Alvin repleks melempar majalah yang ada dimeja ke arah pintu kamarnya.
" hihihi...." suara tawa itu renyah sekali. Membuat Alvin merinding.
" maaf. Kamu takut ya sama orang mati kayak aku?"
" lo??? Bukannya.... Enggak mungkin."
Alvin mengibaskan tangannya. Ia masuk kedalam selimut dan langsung memejamkan matanya. Tubuhnya bergetar.
Alvin merasa aneh. Seharusnya ada hawa-hawa panas kalau ia berada dibawah selimut. Tapi ini kok...??? Kok dingin???
" huahh...." Alvin menjerit. Selimutnya sudah ditarik ke bawah kasur.
" kak Alvin? Kenapa teriak-teriak?" Chelsea langsung berlari ke kamar Alvin setelah mendengar terikan histerisnya Alvin.
Alvin malu. Enggak mungkin ia terlihat ketakutan didepan anak 12 tahun seperti Chelsea.
" ahh enggak. Gue cuma lagi baca komik pakek suara double aja." alibi Alvin.
Chelsea memicing.
" kakak yakin?"
Alvin lantas mengangguk. Dan memberi isyarat untuk Chelsea agar istirahat. Ada kejutan yang akan diberi Alvin untuknya.
Chelsea pun melangkah meninggalkan kamar Alvin. Buru-buru Alvin menutup pintu kamar dan menguncinya.
" haiii...." suara itu kembali mengagetkan Alvin.
Masih jam 8 malam. Tapi kenapa suara-suara aneh itu mengusiknya?
" Lo kenapa gangguin gue? Gue minta maaf kalau gue udah ngilangin nyawa lo. Maafin gue...gue gak sengaja."
Gadis itu terbang mengitari tubuh Alvin. Sesekali ia cekikikan menatap wajah Alvin yang pucat sambil ditekuk itu.
" aku cuma mau ngucapin terima kasih. Alvin..."
Alvin melotot. Hantu Shilla tahu namanya? Ulala... Alvin langsung mijet kepalanya.
" Ini pasti mimpi. Gak mungkin orang udah mati bisa bilang terima kasih sama gue. Enggak mungkin....!!!"
Gelap. Rupanya Alvin pingsan. Dan Hantu Shilla cekikikan diatas lemari pakaian Alvin.
" kamu gak mimpi kaleee...."
0 komentar:
Posting Komentar