Jumat, 16 Agustus 2013

LOVE gila!!!!


Sial...Alvin memukuli kendali stirnya. Wajah tampannya berubah merah padam. Tinjuan yang terus mendarat di stir mobilnya tak membuat sesak dan kekesalan dihatinya untuk hilang. Alvin menatap dashboard mobilnya, dan menatap lekat kado istimewa yang sudah ia siapkan untuk orang yang ia sayang. Namun, Alvin jadi benci kado dan hari ini. Alvin mengulang saat dimana tinju kerasnya melayang kearah wajah seorang laki-laki yang begitu ia kenal.
" sorry bro. Cewek lo lebih milih gue. So...jangan salahin gue sama cewek lo." suara cowok itu masih terngiang jelas ditelinga Alvin. Juga tangan kokohnya yang melingkari leher perempuan yang begitu ia sayang.
Alvin sesak mengingat perubahan wajah itu. Wajah perempuan yang hanya menunduk tanpa mau memandang ke arahnya.
" maaf Alvin." cukup suara itu yang terlontar dari bibir meronanya.

Alvin begitu kalut, sampai ia tak terkendali dibelakang stir mobilnya. Kecepatan lari mobilnya diatas rata-rata. Begitu membahayakn untuk dirinya yang sedang dalam keadaan broken seperti ini.
" hate you, shiit..."
Alvin meraih kado diatas dashboard mobilnya, lalu membuangnya secara asal keluar mobil lewat kaca mobil sebelah kiri. Alvin tak memperhatikan jalanan depan yang ia lalui. Sampai akhirnya, bruukkkk....
" No...kakak...!!!"
Suara itu meringkik histeris. Ia mengaduh-aduh dengan penuh kesedihan yang mendalam. Alvin menghentikan mobilnya spontan. Jantungnya mencelos. Ia menabrak seorang gadis. Cepat, Alvin keluar dari mobilnya.
" Enggak. Jangan tinggalin Chelsea kak." Chelsea, gadis itu masih meraung sambil memeluk tubuh kakak perempuannya yang bersimbuh darah segar yang masih mengeluarkan bau anyir.
" Masuk ke mobil." perintah Alvin kepada gadis itu. Ia melirik kekanan dan kekiri. Kemudian, tangan kekarnya membopong tubuh gadis yang ia tabrak.
Alvin meletakkan tubuh gadis itu diatas pangkuan adiknya. Lalu, dengan cepat ia langsung tancap gas menuju rumah sakit. Alvin pucat dan keringat dingin. Jangan sampai ia menghilangkan nyawa orang lain. No..!!! Alvin bukan pembunuh.
" bertahan ya kak. Kakak gak boleh tinggalin Chelsea. Kakak gak boleh." gadis remaja itu terus mengurai air matanya tanpa henti. Dikecupnya tanpa henti punggung tangan kakakknya itu.
" Kak...tolong. Selametin kakak saya." Chelsea memohon sambil terisak pada Alvin.
Alvin semakin mempercepat laju mobilnya setelah mendengar penuturan gadis kecil itu.
Ciitt...Alvin menepikan mobilnya. Buru-buru ia membuka pintu mobil dan membopong tubuh gadis yang sudah satu dua napasnya itu. Alvin teriak-teriak manggil suster. Dibelakanganya, gadis remaja adik gadis itu menutup mulutnya sambil mengikuti Alvin.
Suster datang sambil membawa tempat tidur dorong. Alvin langsung meletakkan gadis itu kesana. Suster berbelok dikoridor rumah sakit. UGD. Ruang itu terlihat didepan mata Alvin.
" mas tunggu disini aja." perintah suster.
Alvin mengangguk samar. Alvin mendongakkan kepalanya, berdoa supaya gadis itu tidak kenapa-napa.
" maafin gue." pekik Alvin.
Gadis remaja -adik gadis yang ditabrak Alvin- mengikuti Alvin duduk diruang tunggu. Gadis itu menyentuh bahu Alvin. Air matanya masih terus menetes.
" Kakak...aku makasih karena kakak mau tanggung jawab."
" kamu..." tanya Alvin.
"Aku chelsea. adik shilla. Orang yang kakak tabrak itu."

Alvin menatap gadis itu. Didepaknya gadis 12 tahun itu. Chelsea kembali terisak dalam pelukan Alvin.
Pintu UGD terbuka. Seorang suster dateng dan memanggil Alvin. " mas..."
" iya sus. Gimana keadaannya? Dia baik-baik aja kan?"

Suster terdiam sebentar. Sementara chelsea sudah harap-harap cemas menunggu kabar dari sang suster tentang kakaknya itu.
Alvin membulatkan matanya.
" sus..."
. Mbak itu...tidak bisa kami selamatkan."
" maaf Ma
s

Chelsea shock. Ia gemetar. Air mata mengalir deras diwajahnya. Lututnya lemas, bahkan sampai tak bisa merasakan apapun lagi. Chelsea merosot ke lantai. Bahunya naik turun disertai isakannya yang semakin kencang. Chelsea menempelkan kepalanya kedinding. Lantai rumah sakit mulai basah karena air matanya.
Suster pergi. Untuk memindahkan Shilla keruang mayat. Alvin mendekat kearah chelsea. Didekapnya lagi tubuh gadis remaja itu. Alvin juga menitikkan air matanya. Ia, telah membuat air mata yang begitu deras dimata gadis remaja itu.
Alvin memapah tubuh chelsea memasuki ruang UGD. Masih sampai dipintu masuk, chelsea langsung berlari mendekat kearah kakaknya. Lantas memeluk tubuh yang sudah kaku itu.
" Kak...bangun. Chelsea sama siapa nanti kak? Kak...chelsea sayang kakak. Kakak bangun. Please." Chelsea masih memeluk kakaknya. Lalu, diciuminya pipi kakaknya itu bergantian.
Alvin meraih bahu chelsea. Diusapnya lembut bahu itu. Alvin menarik kursi dan duduk di samping mayat Shilla.
" maafin gue udah ngilangin nyawa lo. Maafin gue yang udah misahin lo sama adik lo. Maafin gue. Gue bakal tanggung jawab. Walau kita gak pernah kenal, gue bakal jagain adek lo. Gue janji. This my promise." ucap Alvin pasti.
Suster datang dan langsung mendorong kasur shilla untuk dipindah ke kamar mayat.
Chelsea menatap nanar kakaknya itu. Ia benar-benar sendiri. Kakaknya sudah pergi. She is alone.
" Ikut kakak." ajak Alvin pada chelsea.
Chelsea manut. Alvin mengajak anak itu ke kantin rumah sakit.
Alvin memesankan makanan untuk Alvin. Chelsea memakannya dengan ragu. Tapi, setelah melihat senyum Alvin yang tulus, ia pun memakan makanan dari Alvin.
" makasih kak."
Alvin mengangguk. Ia menatap iba kearah chelsea.
" shilla... Jadi, apa lo masih punya keluarga selain dia?" tanya Alvin kepada chelsea.
Chelsea menghentikan makannya. Ia menghela napas sebentar. Sebelum akhirnya menceritakan apa yang harus ia ceritakan. Namun, chelsea ragu untuk menceritakan kisahnya juga shilla kepada Alvin yang sebenarnya baru ia kenal.
" maaf kak..."
" ahh...gue Alvin."

Chelsea senyum kecil. Setelah berpikir panjang, ia pun bulat untuk menceritakan itu pada Alvin.
" aku cuma tinggal bareng Shilla. Ibu sama ayah udah pergi sewaktu aku umur 9 tahun kak. Kecelakaan bus waktu pulang jualan. Jadi, kak Shilla yang jadi tulang punggung buat ngasih makan aku. Dia itu baik banget. Dia selalu rela ngasih apa yang aku butuhin, walaupun dia sendiri butuh. Dia sampai relain putus sekolah demi nyekolahin aku. Dia...kakak terbaik." Chelsea nangis. Ia begitu ingat dengan apa yang dilakuin shilla untuknya.
Alvin miris dengar cerita chelsea. Ia menerawang kedalam dirinya sendiri. " Gue jauh lebih buruk." pekik Alvin dalam hati.
*****
Alvin menyuruh chelsea untuk menunggunya didepan rumah sakit. Sementara ia membayar semua biaya Shilla.
" Pemakaman kakak lo bakal diadain besok. Jadi kita bakal balik lagi kesini. Dan lo, ikut kakak ke rumah. Lo tinggal disana sekarang."
chelsea meluk Alvin. Ia menangis lagi disana.
" terima kasih kak."
Alvin memanggut. Lalu, masuk mobil dan langsung tancap gas masuk rumah.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates