Kamis, 25 Oktober 2018

STAY

Me
Aku duduk di bawah pohon depan kelas siang ini. Dosen mata kuliah Multikulturalisme yang harusnya masuk, memberi kabar lewat seorang temanku bahwa ia tidak bisa mengajar. Jadinya, aku memilih untuk duduk di tempat ini. Siang ini hari lumayan terik. Dan duduk di bawah pohon rindang adalah pilihan terbaik menurutku.
"Hei,"  senggolan pada bahuku membuatku serta merta mendongakkan kepala. Aku lantas mengulum senyum.
Ima sudah duduk mengambil posisi kosong disebelah kiriku. Omong-omong, kami satu kelas. Dan dia adalah satu-satunya teman terdekatku di kampus ini.
"Selesai ngampus nongkrong dicafe biasa, yuk," ajaknya.
Aku mengangguk menyanggupi. Tentu saja aku mau. Sudah rindu espresso di cafe itu.
Oh ya, omong-omong, Ima mengenalkanmu pada espresso yang sebelum kuliah ini tidak pernah ku cicipi. Bukan karena alasan apapun. Soalnya saat masih SMA dulu, anggapanku soal espresso itu adalah minuman pahit dan tidak enak sama sekali.
Tapi nyatanya, oponiku salah ketika Ima untuk pertama kalinya mengenalkan lidahku pada rasa yang benar-benar membuat lidahku nagih, pada hari ketujuh aku menjadi mahasiswa baru.
"Ok," Ima mengacungkan jempolnya. Lalu ia berdiri dan mengahadapkan tubuhnya padaku sebentar.
"Lo tunggu sini. Gue mau ke toilet bentar." Pamitnya.
Aku yang gantian mengacungkan jempol padanya. Berlalulah Ima lantas menghilang di koridor kampus, berbaur dengan mahasiswa lain yang masih berkeliaran di koridor.
Aku masih membuka halaman novel yang sebenarnya sudah ku baca berulang-ulang. Namun sama sekali tidak merasa bosan meski terus mengulangi bacaan yang sama. Fairish milik Esti kinasih membuatku jadi mengenang masa SMA ku yang sudah 2 tahun berlalu. Apalagi sosok Davi. Sosok itu mengingatkanku tentang seseorang di masa SMA ku yang membuatku sering merindu.
Suara biip dari dalam tas membuatku merogohkan tangan ke dalamnya demi mengambil benda persegi berwarna putih yang tadi berbunyi.
Aku kembali menyunggingkan senyum. Aku baru saja membatin tadi. Dan yang baru saja ku sebut namanya dalam hati, namanya pun muncul di pop up pesanku.
Fero
Selamat siang masa depanku. Udah selesai kuliahnya??
Aku tidak bisa menyembunyikan raut wajah gembira tiap kali pesan darinya masuk ke folder pesanku. Dia tahu cara membuatku tersenyum meski hanya lewat pesan sekalipun.
Sebenernya belum. Tapi dosen lagi gak masuk.
Aku mengirim balasan segera. Gak lama, balasan dari Fero kembali masuk.
Terus abis ngampus mau kemana?? Aku jemput yaaa...
Aku baru akan mengatakan iya. Tapi tiba-tiba teringat pesan Ima tadi.
Gak usah. Lagian udah ada janji sama temen.
Pesan balasan dari Fero masuk lagi.
Cowok??? Ihh jangan buat aku cemburu!!!
Aku mengernyit sambil mengulum senyum, lagi.
Nanti aki kirim deh fotonya. Biar kamu makin cemburu.
Aku terkikik tanpa suara. Aku suka menggodanya. Karena dia pasti akan langsung mengomel dan pasang emot cemberut.
Kalau kamu kayak gitu, aku bakalan muncul tiba-tiba disana. Di depan cowok itu kamu aku tarik terus aku peluk. Lalu bakalan aku bilang, 'jangan berani deket-deket. Rest area.'
Pecahlah sudah tawaku yang sedari tadi ku tahan. Capek menarikan jempolku pada keypad handphone, aku memilih melakukan panggilan saja.
"Kok rest area sih??" Omelku tidak terima ketika sambungan teleponku sudah di terima.
"Iya. Soalnya kamu memang berbahaya. Mudah memancing,"
"Memancing apaan?? Emang kamu pikir aku tukang pancing apa," jawabku pura-pura sewot.
"Kamu bahkan lebih dari itu. Kamu bisa mancing orang buat jatuh cinta sama kamu. Itu bahaya,"
"Iisshh..."
"Hahaha..." diujung sambungan telepon sana, dia terbahak. Dan aku menggerutu sebal disini.
"Jangan cemberut. Entar aku cium." Goda Fero lagi.
"Ihhh..." aku menggerutu.
Dan  sialnya, itu malah membuatku semakin di goda Fero habis-habisan.
****
"Tumben jam segini udah nongol aja??"
Aku dan Ima sudah duduk manis di salah satu tempat duduk di cafe yang tadi ku ceritakan. Ini salah satu kursi favorit. Letaknya di sudut ruangan tepat disamping jendela besar yang menghadap langsung ke arah jalan.
"Dosennya gak masuk," Ima menjawab sebelum menyesap sanger yang tadi di pesannya.
Aku sendiri masih membiarkan espresso ku di atas meja.
"Lo ada acara ntar malam, Nad??"
Aku menggeleng.
"Kenapa lo nanya gitu ke Nada, Yo? Lo mau ngajak Nada ngedate??" Sahut Ima bahkan sebelum aku mengatakan apa-apa.
"Lo apaan sih, Ma." Seruku.
Dhio malah tertawa menanggapi ucapan Ima tadi.
Omong-omong, Dhio salah satu pekerja paling ramah dicafe yang sekaligus paling dekat dengan kami. Ima dan aku -maksudku-.
Dhio cukup asik untuk dijadikan teman ngobrol. Dengar-dengar juga, cewek-cewek dikampus banyak yang suka nongkrong disini hanya untuk menikmati wajah Dhio. Ku jelaskan, Dhio memang memiliki paras wajah diatas rata-rata. Ia lebih cocok jadi bintang iklan ketimbang barista, menurutku. Badan Dhio tinggi dan berisi. Rambutnya ikal dan agak kemerahan. Kontras dengan kulitnya yang kuning langsat. Belum lagi alisnya yang tebal dan rapi. Bahkan aku suka memuji kerapian alis Dhio. Yang menurutku lebih pas untuk seorang perempuan.
"Kalau Nada mau," sambung Dhio kemudian.
Tapi kemudian aku tahu, bahwa itu hanya basa-basi semata. Lagipula, Dhio cukup sibuk dicafe ini. Mengingat pemilik cafe ini adalah tantenya sendiri. Jadi, sedikit banyaknya Dhio diberi tanggung jawab untuk mengawasi semua karyawannya.
"Gimana sama Hana??" Aku memulai percakapan.
"Hana??" Dhio tampak bingung dengan pertanyaannku.
"Ah, iya. Lo kok gak cerita sama kami??" Ima tiba-tiba menyahut. Ia bahkan sudah mencondongkn tubuhnya ke arah Dhio.
"Cerita apa??" Ucap Dhio bingung.
"Soal lo sama Hana, lah. Soal apa apalagi coba kalau enggak soal itu,"
"Hana cantik, lagian. Gak malu-maluin lah kalau lo bawa jalan-jalan." Ucapku menambah ucapan Ima, setelah meneguk espreso pesananku.
"Kok lo berdua jadi kayak pemandu gosip sih?? Gue gak sama Hana lagi pula."
"Masa?? Di kampus udah geger tau. Soal lo sama Hana keluar dari mobil berdua." Tambah Ima lagi.
Dhio menggeleng sambil berdecak.
"Astaga!!" Ucap Dhio. "Gue cuma nolongin dia waktu itu. Dia minta tolong nyetirin mobil dia. Dia lagi ngantuk katanya. Ya udah daripada anak orang kecelakaan gara-gara ngantuk, ya gue tolongin." Jelas Dhio.
"Sok jiwa super hero lo," sungut Ima.
Sementara aku tidak menyahut lagi karena sibuk membalas chat dari grup  SMA.
"Eh, sekali-kali kalian tuh nongkrong disini ngajak pacar kek atau gebetan. Sekalian gue mau nilai pasangan kalian berdua," ucap Dhio. Sepertinya sih mengalihkan pembicaraan.
Aku jadi mendongak. "Entar lo kalah saing kalau gue bawa pacar gue kesini," ledekku
"Kenapa gitu??"
"Abis kegantengan lo bakalan turun 70 persen," aku tergelak. Ima pun juga. Sedangkan Dhio pura-pura memasang wajah kesal tapi kemudian ikut tertawa juga.
[][][][]
buat yang mau baca part selanjutnya, bisa di check link berikut.
thank you


Selasa, 01 November 2016

Mundur atau Bertahan

Assalamualaikum

Ada sesuatu yang tiba-tiba pengen aku luapin nih, disini. Biasa, anak muda. Masih ngebahas soal yang sama. PERASAAN...

Anak muda banget sih memang. Kalau sikit sikit galau, merenung, sedih dan nyesek itu udah hal lumrah. Apalagi kalau yang sering dapet kabar dari doi, terus tiba-tiba si doi hilang tanpa kabar satu harian penuh, pasti deh dadanya langsung nyesek. Bener gak? Terus deh, buka history chattingan dan scrool ke atas, buat ngebaca ulang semua chatting yang ada. Ada yang seperti ini? Berarti kalian sama kayak aku. πŸ˜†πŸ˜†

Pengen nge-ping doi...tapi pakek acara mikir dulu. Ping gak ya? Ntar kalau aku yang nge-ping duluan gengsi dong? Aku kan cewek. Hahaha... aduh dasar cewek kemakan gengsi. Terakhir kan cuma bisa bacain history chat tanpa benar-benar chattingan sama doi.

Udah pakek acara mikir lama, terus karena gak kuat nahan gengsi, akhirnya nge-ping juga. Ehh udah mikir lama, ping nya cuma di read doang. Aih aih... kasihan πŸ˜ƒπŸ˜ƒ. Itu otomatis langsung buat dada nyesek. Parah...!!!!

Udah kayak gitu kan, langsung tuh muncul niat untuk gak nge ping dia lagi. Ngerasa capek ngarep doang. Ngerasa cuma jadi TPS doi aja. (r:Tempat Pembuangan Suntuk XD). Kecewa lagi...gak tau kapan dibuat bahagia sama doi. Bahagia yang bener-bener nyata, dan gak cuma sesaat doang.

Aku juga pernah kok, mikir hal kayak gini. Ngebahas masalah hati sama temen sekamar. Kadang muncul rasa capek. Lelah untuk cinta-cintaan. Bosan dan gak mau buka hati buat siapa siapa. Abis gak cuma sekali doang digituin. Kan jenuh brooo..

Kadang juga rasa hambar pas ngeliat cowok itu datang tiba-tiba ke aku. Kecewa, apalagi doi yang awalnya di kira baik, gak brandalan, malah pelan-pelan terbongkar kedoknya satu-satu. Yang katanya gak pelit, royal, eh gak taunya malah suka ngutang. Yang suka ntraktir makanan, gak taunya malah cerita ke orang-orang kalau dia itu abis ntraktir kita. Atau satu lagi nih lebih parah. Dia yang katanya gak brandalan, alim malah OMES... Omegooottt😰😰...

Suka mikir gak sih? Kalau di dunia ini tuh ada orang baik seperti yang lo harepin? Kayak pangeran yang lo ciptain di imajinasi lo. Cowok perfect tanpa masalah apapun. But... ini dunia nyata ya kan? Gak adalah yang perfect. Mau nyari yang perfect sampek rambut lo rontok semua juga gak bakalan nemu.

Mungkin intinya, kita dituntut untuk nerima keadaan kali. Mungkin dia yang lagi ada disamping lo, atau dia yang lagi deket sama lo itu adalah ujian dari Allah. Apa lo masih mau dimain-mainin sama makhluk yang dinamakan laki-laki itu, atau lo mau stop mikirin mereka dan coba memperbaiki diri lagi? Kan Allah udah punya janji. Orang-orang baik gak akan pernah di satuin sama orang jahat karena orang baik hanya untuk yang baik. Bener?

Jadi, bagaimana menurut kalian? Masih mau bertahan atau mundur dan memperbaiki diri? 

Senin, 31 Oktober 2016

Ditolak itu....Gak Enak ya?

Assalamualaikum ^^

Entah kenapa mendadak pengen banget nulis sesuatu disini. Tempat yang udah lama aku anggurin dan malah memilih menyibukkan diri di facebook dan BBM. Blog ini yang udah super lamaa banget gak pernah tersentuh lagi, blog yang udah gak pernah di perduliin lagi. Mendadak pas buka blog temen keinget aja gitu kalau aku juga punya blog. Blog yang sungguh malang karena gak keurusan T.T
Sebenernya aku bingung mau nulis apa di kolom tulisan yang entah kenapa dalam pikiranku, merengek pengen di isi tulisan.
Untuk kalian para cewek yang mungkin enggak sengaja nemuin tulisan aku ini, aku mau minta pendapat, deh. Menurut kalian, apa sih arti mengagumi seorang laki-laki itu? Apa mengagumi harus dipendam sendirian? Apa mengagumi itu harus terus-terusan ngasih perhatian ke dia untuk ngebuat dia paham kalau kita itu kagum banget sama dia?
Atau malah, ada gak sih yang justru pura-pura gak perduli dan ngejutekin doi pas doi ada bareng kita?
Hahaha... lucu sih ya pertanyaan aku?
Wajarnya sih, untuk cewek yang udah kenal cowok dalam arti mulai naksir seseorany pasti punya jawaban dengan versi mereka sendiri. Euumm... cuma ada gak yang kayak aku? Kagum sama seseorang yang awalnya itu dari sebuah kebencian. Benci bangeeett... tapi ujung-ujungnya malah rindu kalau gak ketemu.
Lucu sih, ya. Gak kebayang kalau orang yang pernah buat lo emosi justu dialah yang membuat lo gelisah gak menentu. Ngebuat lo uring-uringan dan ngebuat hari-hari lo sepi, gelap dan apalah itu kalau lo gak liat dia. Bener?
Wajar kalau cowok yang dikagumi itu baik. Lah kalau yang dikagumi itu gak baik gimana? Udah jelas-jelas lo tau dia itu bad boy. Perokok berat, playboy, pengangguran, dan suka dugem? Apa lo mau memperjuangin perasaan kagum itu?
Jujur jujur aja, aku pernah mengagumi cowok dengan tipe seperti ini. Kalau secara fisik, cowok ini ok. Kulitnya putih bersih, rambutnya ikal, bibirnya tipis, alisnya rapi, dan bibirnya hanya ditimbuhi kumis tipis. Anaknya jago bongkar motor. Pendiem dan gak banyak omonglah. Aah.... sumpah...pertama kali aku ngeliat dia bongkar motor di bengkel dekat tempat kerja aku, aku ngerasa kalau dia itu COOL bangettt. Dengan tampang serius, dan cara dia ngotak-ngatik mesin motor itu, seksi bangeettt.
Apalagi keringat yang mulai banjir di wajahnya,aahhh demi apapun ya Allah... aku bisa cengar-cengir sendiri.
Secafa fisik... dia menang. Ditambah lagi, nih. Dia jago masak. Masakannya enak,aku aja kalah. Tapi kalau masalah tingkah, duh, emaak, aku mikir jadinya mau nunjukkin kalau aku suka. Abis, dia anak dugem, joki, dunia malamnya parah banget, kerjanya di pt. Kejora juga, udah gitu ceweknya banyak banget. Eh bukan ceweknya sih, tapi dia suka ngegantungin cewek yang suka sama dia. Maklum sih, orang ganteng 😀.
Karena kelakuan dia itu, aku mikir juga untuk mundur. Move on dan ngelupain perasaan aku ke dia. Tapi saat semuanya udah hampir berhasil, tiba-tiba cowok yang aku suka malah minta penjelasan atas apa yang dia denger selama ini. Tentang apa yang dibilang temen bengkel, bibi, sama pamannya -yang memang deket sama aku-, kalau aku itu punya perasaan lebih ke dia.
Ku pikir, jujur gak ada salahnya. Jadi, ku iyakan aja semua pertanyaan dia itu. Tanpa pernah kepikiran kalau aku bakalan di buat malu. Dia yang tadinya nanya itu lewat chat, nyuruh aku untuk bilang langsung ke dia. Hampir mau nangis juga karena ditantang kayak gitu. Tapi namanya aku udah dewasa ya, bukan anak-anak lagi, akhirnya aku iyakan permintaan itu.
Setelah aku bilang, dia cuma bilang 'makasih udah suka sama aku. Mulai sekarang lupain apa yang pernah kamu rasain ke aku. Diluar sana masih banyak yang lebih baik dari aku.'
Aku kayak gak percaya sama kenyataan itu. Aku pikir, cerita cinta kayak gini cuma ada di novel. Tau-taunya, aku juga ngalamin. DITOLAK.
Udah ditolak, pertemanan di fb di blokir. Kan jahat kali...
Langsung nyesek, pengen nangis terus pengen teriak di depan dia kenapa aku diblokir? Setelah semua pengakuan yang udah aku katakan.
Aku mulai ngerti setelah beberapa orang terdekatku menyemangati aku. Aku mau lupa sama rasa sakit itu. Tapi sekali lagi, dia yang sudah membuat luka itu kembali memberi harapan. Dengan tiba-tibanya pin bb aku diinvite. Fbnya juga. Kan apa-apaan coba?
Emang gitu kalau cowok, suka mainin cewek yang suka sama dia? Emang gak pernah mikir gimana rasa sakitnya kalau digituin?
Gak tau lagilah mau bilang apa. Payah bilang. Udah gak ada kata-kata yang pas lagi. Ngerasa lelah cinta-cintaan jadinyan T.T

Selasa, 26 Juli 2016

Maafkanlah, Ikhlaskanlah...

Ikhlas...

Tampaknya sangat mudah namun sungguh sangat sulit dilakukan. Tidak semua orang mampu menanamkan sifat terpuji ini pada dirinya. Ikhlas... bukan saja tentang sebuah keputusan. Bukan hanya tentang sebuah kerelaan pada sesuatu. Namun ikhlas, adalah sebuah sifat yang mengharuskan seseorang untuk mampu menahan diri dari rasa dengki, dendam dan iri. Belajar ikhlas bisa dimulai dengan cara memaafkan.

Memang, tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk memaafkan kesalahan seseorang. Memaafkan memang sungguh sangat sulit dilakukan apalagi jika kesalahan seseorang itu sudah sangat menyakitkan hati.

Tidak bisa dipungkiri, tidak ada orang yang luput dari salah. Tidak ada juga orang yang secepat itu memaafkan kesalahan seseorang. Semua butuh proses.

Namun... saat teori diatas sedang terjadi padamu, terjadi ketika kamu dikhianati sahabatmu. Akankah kau memaafkan kesalahannya? Akan kah kau dengan cepat melemparkan senyum untuknya sama seperti saat kesalahan itu belum terjadi? Akui saja...aku yakin pasti semua tidak sepert itu. Yng jelas terjadi adalah kau pasti akan menghindari sahabatmu, berhenti menghubungi atau malah membencinya. Benarkan yang aku katakan barusan?

Kau pasti merasa dibodohi selama itu. Ketika sahabatmu berkata bahwa ia mendukungmu untuk mendapatkan keinginanmu. Untuk mendapatkan hati seseorang yang engkau rindukan disetiap malam. Untuk membuat seseorang yang tadinya tak mengenalmu itu jadi tahu tentang dirimu.

Tapi di lain hari, kenyataannya sahabatmu itu justru menjadi pasangan orang yang kau inginkan tanpa pernah memberitahumu. Kau justru tahu tentang semua itu dari orang lain.

Sakit... tentu saja. Tapi seiring berlalunya waktu, kau pasti bisa memaafkannya. Karena engkau sudah ikhlas untuk hal itu. Karena engkau sudah merelakan o rang yang sama-sama kau sayangi itu saling menyayangi satu sama lain. Karena engkau yakin, suatu saat nanti, akan ada saat dimana Allah akan mempertemukanmu dengan seseorang yang tulus mencintaimu karena penciptamu. Yang tulus menyayangimu karena Rabb-nya. Yang akan menjadi pendampingmu hingga ajal mu tiba. Ikhlaskan saja...maafkanlah. karena memaafkan adalah perbuatan yang mulia. Karena akan tiba waktunya kamu juga bahagia. Ikhlaskan saja... dan tersenyumlah

Senin, 25 Juli 2016

That's i am.

Aku tidak sekuat yang aku bayangkan. Tidak semua hal mampu aku tangani sendiri. Aku lemah, dan aku butuh bantuan.

Hidup ini ternyata tidak semulus yang aku bayangkan. Sama seperti jalan yang banyak belokannya. Dulu saat masih anak-anak, aku ingin segera menjadi orang dewasa. Ku pikir, menjadi orang dewasa itu seenak dalam pemikiranku.

Namun sekarang, saat aku sudah beranjak dewasa dan merasakan hal yang dulu aku inginkan itu, aku justri ingin kembali ke masa kecilku. Masa dimana aku belum kenal apa yang dinamakan menyukai seseorang. Masa dimana hanya permainan dan jajan saja lah yang ada di otakku.

Tapi sekarang, saat ini, saat aku sudah hampir 20 tahun, aku merasakan apa yang namanya menyukai seseorang. Bahkan terlalu menyukai. Dia... seseorang yang entah sejak kapan hadir diruang hati ini, yang mampu membuat aku uring-uringan karena merindukannya ketika ia tidak ada. Dia...yang sukses hadir dalam mimpiku 9 hari berturut-turut mampu membuat perasaanku berantakan dan gak karuan hingga muncullah harapan.

Aku sebenarnha membencinya. Tidak pernah menyukai saat pertama kali bertemu dan mengenalnya. Aku sakit hati pada awal pertemuan itu karena ia sama sekali tak menggubris aku, yang sedang berbicara padanya. Tapi sialnya, dari kebencian itu justru muncul perasaan yang sampai saat ini tidak mau hilang.

Bodohnya aku... yang terlalu berharap ia juga merasakan hal yang sama, dan akhirnya kecewalah yang aku dapatkan. Ia tidak menyukaiku sama sekali. Aku saja yang berharap ia memberi sinyal hanya karena menyapaku lewat sosial media.

Ya...
Aku ingin menjerit dan menangis. Tapi untuk apa? Untuk orang yang tidak memperdulikan aku? Itu hanya akan menambah kebodohanku saja karena melakukan hal yang sia-sia.

Dia saja tidak pernah perduli lantas apa aku harus tetap pada perasaanku? Haruskah aku tetap tinggal bersama harapanku?   

Kamis, 03 Maret 2016

Teruntukmu, wanita berhati sungguh mulia

Tidak ada rangkaian kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana istimewanya dirimu. Engkau, wanita yang tak lagi muda namun tetap bekerja keras demi kami, anak-anakmu.

Tak terhitung sudah berapa tetes peluh yang jatuh dari keningmu saat kau harus bekerja membantu ayah untuk memperbaiki keadaan ekonomi kita. Bu, aku tahu...kau lelah, Bu. Aku tahu kau sudah tak punya cukup tenaga untuk itu semua mengingat usiamu yang tak lagi muda.

Dulu....saat aku masih kecil. Saat aku masih belum bisa mengenakan seragam sekolahku sendiri, kau dengan senang hati membantuku meski engkau lakukan itu sembari menyambinya dengan pekerjaan yang lain. Engkau tuntun aku dan kau ajari aku agar aku bisa melakukan hal itu sendiri nantinya.

Saat menjelang subuh, bahkan sebelum adzan berkumandang, engkau sudah membuka matamu dan beranjak kedapur. Memasak nasi dan mempersiapan segalanya untuk ku, ayah dan adik-adik.

Bu....
Tidak pernah sekalipun aku mendengar engkau mengeluh tentang rutinitasmu itu. Tidak pernah sekalipun ku dengar engkau bosan dengan semua itu. Justru engkau dengan ikhlas melakukannya.

Bu...makanannya tidak enak.

Maaf bu...aku pernah mencela makanan yang engkau buat. Aku ingat sekali bu, bagaimana raut wajahmu saat itu. Engkau hanya tersenyum sambil berkata, "Tidak enak ya? Ya sudah jangan dimakan. Maafkan ibu, ya."

Tapi sekarang bu...saat aku tak lagi berada didekatmu, aku sungguh merindukan masakan yang engkau buat. Aku rindu dengan mu yang selalu sibuk didapur saat pagi hari.

Aku rindu bu...
Aku rindu suara mu yang dulu selalu membangunkanku agar aku tidak terlambat ke sekolah. Aku rindu, bu. Aku rindu memelukmu saat aku mengalami hal yang membuatmu sedih di sekokah dulu. Tapi... sekarang. Aku tidak bisa melakukan  itu lagi. Karena nyatanya, anak gadismu yang sudah beranjak dewasa ini telah mencoba kehidupan yang sebenarnya. Merantau ke kota dan terpaut jarak yang jauh denganmu. Bu... sebenarnya aku tidak sepenuhnya bisa menjadi dewasa. Karena pada kenyataannya aku masih sering mengeluh. Padahal engkau sangat benci kalau aku melakukan hal itu.

Bu...aku tahu. Engkau pasti pun merindukanku. Namun nyaris tidak pernah engkau katakan padaku dengan alasan tidak mau mengganggu ku yang sedang bekerja.

Oh... bu.
Aku tahu. Segala yang telah engkau lakukan dan alami ini tidak akan sanggup terbayar oleh apapun. Bahkan dengan nyawaku sendiri.

Ibu...terima kasih telah mengajarkan aku cara berjuang. Terima kasih telah mengajarkan aku untuk terus berusaha tanpa kenal rasa putus asa. Katamu bu, saat aku dewasa nanti aku akan paham bagaimana aku harus tetap tegar menjalani kehidupan ini meski semua orang berpaling dan pergi menjauhiku.

Bu... love you. Tidak akan pernah ada satu wanita pun yang bisa menggantikan tempatmu. 😚😚😚

Selasa, 23 Februari 2016

Kembar gak satu rahim wkwkπŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

 Nb:aku sebelah kiri, pita sebelah kanan
Beberapa orang mengatakan kalau kami mirip?

Dan bahkan ada yang bilang kami saudara kembar. Ah. Lucu memang. Karena pada dasarnya kami bukanlah saudara apalagi kakak adik. Kami hanyalah dua perempua  perempuan rumpi yang sudah ditakdirkan Tuhan barangkali untuk saling melengkapi. Soalnya dimana ada dia disitu ada aku. Eeooo... hihihi

Sejak kecil, saat belum memasuki bangku sekolah aku sudah bermain bersamanya. Hingga kami sama-sama memasuki bangku SD, aku pun sekelas dengannya. Berlanjutlah ke SMP dan SMA pun aku masih satu sekolah. Hanya saja kami berbeda kelas.

Lucu sebenernya. Kalau diingat-ingatlah dialah temanku yang sejak kecil sampai aku umur 19 tahun, yang selalu bersamaku. Well, aku kenalin nih. Namanya Pita, teman yang nampaknya bakalan jadi teman seumur hidup. Wkwkwkwk

Template by:

Free Blog Templates