Sabtu, 27 Oktober 2012

A Place in Japan

Namaku cinta,,, ketika kita bersama,, berbagi rasa untuk selamanya,,,, Namaku cinta,, ketika kita bersama berbagi rasa sepanjang usia,,,,, Alunan senandung lagu sendu asal Indonesia itu mengiang dengan merdu dikedua telinga. Mengukir kenangan pahit yang harus terulang kembali di memori. Sesak rasanya saat aku harus mengingat semuanya. Ya inilah aku, aku yang rapuh karena kamu yang melakukannya. Kamu singga diruang kosong ini, namu saat namamu tak bias terhapuskan kau pergi dan berlalu tanpa seizing sang empunya. Alih-alih berlalu, 2 tahun lamanya aku seperti ini. 2 tahun pula kau pergi meninggalkan aku. Aku tahu, aku tak boleh begini, tapi aku harus bagaiman, kau yang mengajari aku begini. Lambat laun, seiring terngiangnya lagu, mataku seolah ingin mengeluarkan sesuatu yang hangat. Dan benar saja, butiran hangat itu kini mengalir dengan derasnya dikedua pipi lembut ku. Karena keasyikan dengan kegiatanku, tanpa sadar seseorang menepuk pundakku tanpa meminta izin. Alih selanjutnya dia sudah berada tepat disampingku. “ kau menagis lagi?” tanyanya lembut sontak membuatku terdiam beberapa saat. Sejurus setelah aku kembali pada kegiatanku. “heeemmm” aku hanya menjawabnya dengan sedikit deheman. Lantas dia tak bertaya apa-apa lagi. Walau aku tahu, dia tak mungkin bisa diam melihatku seperti ini. Ku benarkan letak syal phuschia ku. Lantas kuhadapkan wajahku dihadapannya. “kau sungguh mengkhawatirkan ku?” tanyaku sambil menghapus sisa-sisa air dipipiku. “ kau tentu siudah tahu jawabannya.” Ucapnya tenang. Detik selanjutnya tak ada lagi yang bersuara, aku dan juno sama-sama dalam diam. Mungkin karena tak enak dengan suasana seprti ini, akhirnya Juno bersuara lagi. “ sudah puas nangisnya? Sekarang ikut aku” ucapnya lantas beranjak dari uduknya dan menarik paksa lenganku agar bias berdiri berdampingan dengannya. Aku ingin berontak, namun aku tak bisa. Tubuh lemahku tak bisa melepas cengkraman kokohnya. Dan mau tak mau aku mengikuti langkah kakinya. Aku megikutinya tepat disamping kanannya. Aku tak tahu, mau dibawa kemana aku. Namun, langkah kakinya terhenti disebuah tempat dibawah pohon sakura. “ juno, untuk apa kita kesini?” tanyaku. Tak berapa lama setelahnya, juno berbalik badan dan menatap tepat dikedua mataku. Sejenak taka da yang berkutik. Tatapan mata itu sungguh sangat menyeramkan. Namu, bisa membuat aku teduh saat aku sedang sedih. “ Juno, kau medengar kataku bukan?” ucapku lagi. “ ya, aku mendengarnya. Aku hanya ingin membawa ketempat yang memungkinkanmu tak bersedih lagi.” Ucapnya lantas melangkah mengambil reruntuhan bunga sakura. “untukmu” ucapnya kemudian. Tanpa berkata, aku mengambilnya dan ku hembuskan perlahan kepin-keping bunga berwarna merah muda itu. Juno memang tahu, bagaimana caranya membuatku agar tak bersedih lagi. Sekilas aku tersenyum, walau tak begitu terlihat dan disadari Juno. Setelah kurasa tak sedih lagi, juno mengajakku pulang. “aahhh,,, berat rasanya beban hidupku ini.” Setidaknya itulah yang ada dibenakku saat ini. Detik berlalu, perlahan juno lenyap di tengah jalanan siang. “konochiwa (selamat siang)”sapaku saat memasuki rumah. Sesaat taka da jawaban. Namun beberapa detik selanjutnya, shina berjalan menghampiriku. “konichiwa, dari mana saja?” tanyanya lantas duduk di depan tayangan tv kesayangannya. Aku tak menggubrisnya sama sekali. Sebab, aku tak ingin shina menanyakan hal yang tidak-tidak kepadaku. “ kebiasaan” ucapnya lagi, walau tak beralih dari film kesayangannya. Ku hentikkan langkahku sejenak. Lantas ku alihkan wajahku 45 derajat kearah shina. Sejurus setelahnya kulangkahkan kakiku ke kamar berdesain biru langit milikku. Ku hempaskan tubuhku, tak lupa juga syal ku. “ melelahkan” pekikku. Sesaat setelahnya, ku pejamkan dengan erat kedua mataku. Damn,,, didalam tidur pun aku masih saja teringat dirinya. “oh tuhan, aku mohon hilangkan kenangan dirinya dariku.” Waktu terus berjalan, tak terelakkan sang raja siang kini telah menampakkan batang hidungnya. Menggantian kegelapan menjadi kecerahan dengan cahayanya. Namun tak dengan aku. Tak juga dengan hatiku. Jam telah menunjukkan pukul 07:00 waktu Jepang. Huhh malas rasanya memulai hari baru. Namun aku harus melakukannya. Kusambar syal bermotif biru lurik milikku. Lantas ku lilitkan dia ke leherku. Musim dingin kali ini sungguh menyisahkan kesan suram. “indahnya” ucapku ditengah turunnya salju di kota Tokyo. Alih-alih seterusnya ku edarkan pandangan ku keseluruh jalanan kota. Pemandagan dari atas balkon kamar sungguh indah. Wait,,,,, tiba-tiba pandanganku terhenti pada sesuatu yang mengenakan jacket bulu coklat, sedang berdiri di bawah pohon sakura di pinggir jalan. Tanpa piker panjang, saraf sensorik ku menyuruhku untuk mendatanginya. Kini aku dan orag itu hanya berjarak 5 meter saja. Lantas tanpa meminta izin ku tepuk pundaknya. “shitsurei desuga (permisi)” ucapku. Perlahan orang itu memalingkan wajahnya, lantas tersenyum . “hai (ya)” “onamae wa (siapa kamu)” tanyaku lantas berjabat tangan dengannya. “watashi no namae wa yashi desu ( namaku yashi)” “ohh,, watashi wa nihong desuka (apakah kamu asali jepang)” “iie, so dewa arimasen. Watashi no Indonesia jin desu (tidak, aku kewarganegaraan Indonesia)”. Ternyata dia oramg Indonesia. Dan ku pikir aku bisa mengajaknya berbahasa negeri asalku itu. “ sedang apa kau disini?” “ machi (menunggu). Aku sedag menunggu seseorang.” “pacar?” “ setidaknya begitu” ucapnya dan kembali tersenyum. Sejenak aku terdiam. Bayangan masa laluku kembali terngiang. Dimusim dingin seperti ini pula aku bertemu dengan Satoshi, 4 tahun lalu. Namun, saat aku kembali lagi kenegara ini, satoshi hilang bak ditelan bumi. “ kau sendiri sedang apa_________?” wajahnya tampak kebingungan. “ pamggil aku miura” Alih-alih berlalu, seseorang yang ditunggunya akhirnya menampakkan batang hidungnya. Tanpa menunggu Yashi segera meneriakki orang itu. Namun, ada yang aneh dengan aku. Rasanya jantung ini seperti ingin keluar dari persembunyiannya. “ahhh” aku mendesah tertahan. Orang itu ini tengah melangkah menghampiri aku dan yashi. “heeii, lama sekali” ucap yashi manja sambil menggandeng lengan lelaki disampingnya. Itu, itu satoshi. Benarkah dia satoshi? Kini, pertanyaan di benakku terjawab sudah. Laki-laki itu memang benar-benar satoshi. Laki-laki yang pernah mengisi ruang hatiku. “ satoshi” ucap ku lemah. Lagi lagi mataku seperti terbakar. Alih setelahnya, mataku mengeluarkan cairan bening. “miura?” tak kusangka satoshi masih mengenaliku. Namun tak kusangka pula ternyata yashi adalah tunangannya. Benar-benar dewi portuna sedang tak berpihak kepadaku. Damn it,,,,. “kalian saling mengenal?” Tanya yashi. “ iya, miura ini orang yang pernah ada didalam hidupku.” Jelas satoshi tanpa rasa bersalah sedikit pun. “ oh, jadi dia orangnya.” Yashi tahu tentang aku dan satoshi? Lagi-lagi suara yashi membuyarkan lamunan suramku. “miura, esok adalah hari pernikahan ku dengan satoshi. Aku harap kau bisa datang.” Belum sempat aku menjawab, dua sejoli itu telah pergi jauh meninggalkanku. Lagi-lagi aku terduduk lemah dikursi panjang dipinggir jalan. Ku benarkan sedikit letak syal biru milikku. Aliran sungai kecil di pipiku makin menjadi-jadi. Dia mengalir dengan derasnya tanpa biasa aku kendalikan. Ku dapati sebuah sapu tangan di depanku. Ku naikkan pandanganku. Juno rupanya. “pakai ini” ucapnya “arigato (terima kasih)” “sudah kubilang, menangislah jika itu membuatmu lebih baik.” Tak tahu mengapa, reflex aku menyandarkan kepalaku ke bahu Juno. Aku merasa lebih baik dan nyaman setiap berada di dekatnya. “terima kasih atas semuanya” “ aku melakukan ini karena aku menyayangimu” ucapnya sontak membuat ku terdiam beberapa saat. Selalu saja Juno mengatakan ini padaku. Namun aku tak pernah menganggapnya ada. Sekarang aku sadar, aku harus membuka pintu hatiku untuk cinta yang baru. “maafkan aku.” Juno tersenytum walau senyumannya datar. “ aku juga menyayangimu” ucap ku lagi. Sontak Juno mendekap erat tubuh mungil ku dan sekarang akau tahu in Japan aku merasakan kehilangan dan in Japan pula aku mendapatkan cinta yang baru.

Jumat, 12 Oktober 2012

all about XI IPA 1

Hai hai,,,,,,,, penulis blog gaje datanag LOL kali ini aku mau bahas seputar teman teman yang aneh di XI IPA 1. Mau tau siapa aja mereka? yok let's go bebeh *koplak ok yang pertama ada yang namanya RIZKA SALSABILAH. Dia ini temean sebangku ku. anaknya cantik, baik, gak pelit, hobi nulis pula sama kayak aku. hihihi*promosi. Di kelas dia dijuluki miss. bahri. *riska sorry ya,ini cuma buat seneng seneng kok gak ada maksud, peace ya. dia ini temen ngakak aku bersama RIZKY ANGGARA & DWI PUSPARINI. Sebelumnya aku punya julukan masing masing buat temen temen aku. *sebelumnyamaafyakepadayangbersangkuta.MAAFBANGETYAYAYAYAYADIMAAFINKAN? MAAFIN DONG? mereka adalah rizka (miss bahri), atifah (angeng), indah (boru), rizky ( mr. ngakak), puspa ( kecil pande), ririn (miss ngakak), mbak ade ( nah, yang satu ini gturu sekaligus temen aku. dia pande loh, gak celit pula, sama kayak aku *plaakkkabaikan. tapi kadang- kadang nih oprag mentel), ivan (nah kalau ini pinter juga tapi yang membuat pintarnya gak keliatan dia itu MALES buat ngelakuin yang enggak dia mau). terus ada steven (cikon*maaf ya peng, visssss), ada vita (mae), ada anggi (sibatak), ada devi ( sidedev) ada icha(mak icha), terus ada juga taia (miss rem pong tapi baik loh) dan banyak lagi. Awalnya, aku ngerasa asing dikelas XI IPA 1, tapi sekarang, behhhhh, jangan ditanya, aku tuh NYAMAAANNNNNN BANGET berkat temen temen ku itu. aku serasa punya keluarga yang sellu ada buat ketawa, nangis, buat tempat marah, buat tempt cari ilmu, pokoke PERFECTO LAH *PLETAAKKKlebeh* sekar5ang rasanya itu indah banget masuk kelas XI IPA 1 ya walaupun gak semu bisa diajak kompak sih, tapi minimal ada kan yang bisa diajak kompak? huhuhuhu sampai sini dulu ceriotanya ya? INI CERITAKU? BAGAIMANA CERITAMU? ALL FOR ONE & ONE FOR ALL, Salam terhangat, "widari".

Template by:

Free Blog Templates