Kamis, 03 Maret 2016

Teruntukmu, wanita berhati sungguh mulia

Tidak ada rangkaian kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana istimewanya dirimu. Engkau, wanita yang tak lagi muda namun tetap bekerja keras demi kami, anak-anakmu.

Tak terhitung sudah berapa tetes peluh yang jatuh dari keningmu saat kau harus bekerja membantu ayah untuk memperbaiki keadaan ekonomi kita. Bu, aku tahu...kau lelah, Bu. Aku tahu kau sudah tak punya cukup tenaga untuk itu semua mengingat usiamu yang tak lagi muda.

Dulu....saat aku masih kecil. Saat aku masih belum bisa mengenakan seragam sekolahku sendiri, kau dengan senang hati membantuku meski engkau lakukan itu sembari menyambinya dengan pekerjaan yang lain. Engkau tuntun aku dan kau ajari aku agar aku bisa melakukan hal itu sendiri nantinya.

Saat menjelang subuh, bahkan sebelum adzan berkumandang, engkau sudah membuka matamu dan beranjak kedapur. Memasak nasi dan mempersiapan segalanya untuk ku, ayah dan adik-adik.

Bu....
Tidak pernah sekalipun aku mendengar engkau mengeluh tentang rutinitasmu itu. Tidak pernah sekalipun ku dengar engkau bosan dengan semua itu. Justru engkau dengan ikhlas melakukannya.

Bu...makanannya tidak enak.

Maaf bu...aku pernah mencela makanan yang engkau buat. Aku ingat sekali bu, bagaimana raut wajahmu saat itu. Engkau hanya tersenyum sambil berkata, "Tidak enak ya? Ya sudah jangan dimakan. Maafkan ibu, ya."

Tapi sekarang bu...saat aku tak lagi berada didekatmu, aku sungguh merindukan masakan yang engkau buat. Aku rindu dengan mu yang selalu sibuk didapur saat pagi hari.

Aku rindu bu...
Aku rindu suara mu yang dulu selalu membangunkanku agar aku tidak terlambat ke sekolah. Aku rindu, bu. Aku rindu memelukmu saat aku mengalami hal yang membuatmu sedih di sekokah dulu. Tapi... sekarang. Aku tidak bisa melakukan  itu lagi. Karena nyatanya, anak gadismu yang sudah beranjak dewasa ini telah mencoba kehidupan yang sebenarnya. Merantau ke kota dan terpaut jarak yang jauh denganmu. Bu... sebenarnya aku tidak sepenuhnya bisa menjadi dewasa. Karena pada kenyataannya aku masih sering mengeluh. Padahal engkau sangat benci kalau aku melakukan hal itu.

Bu...aku tahu. Engkau pasti pun merindukanku. Namun nyaris tidak pernah engkau katakan padaku dengan alasan tidak mau mengganggu ku yang sedang bekerja.

Oh... bu.
Aku tahu. Segala yang telah engkau lakukan dan alami ini tidak akan sanggup terbayar oleh apapun. Bahkan dengan nyawaku sendiri.

Ibu...terima kasih telah mengajarkan aku cara berjuang. Terima kasih telah mengajarkan aku untuk terus berusaha tanpa kenal rasa putus asa. Katamu bu, saat aku dewasa nanti aku akan paham bagaimana aku harus tetap tegar menjalani kehidupan ini meski semua orang berpaling dan pergi menjauhiku.

Bu... love you. Tidak akan pernah ada satu wanita pun yang bisa menggantikan tempatmu. 😚😚😚

Template by:

Free Blog Templates